Tantangan dan peluang bergulir terus disetiap kesempatan, sebagimana berputarnya waktu atau jarum jam yang berdetik dan berdetak nyaring dikeheningan malam. Kalau sementara orang mengatakan bahwa waktu adalah uang (time is money), bagi penulis waktu adalah nyawa (time is life). Ia berputar terus dan tidak dapat balik lagi, jam pun akan rusak jika diputar mundur. Oleh karena itu hargailah waktu selama masih ada kesempatan, tangkap itu peluang, karena peluang sulit datang berulang, sementara tantangan/halangan akan selalu datang tanpa diundang.
Pandemi covid-19 di satu sisi membelenggu pikiran manusia namun, di sisi lain membuka pikiran manusia sehingga bisa menerobos ke luar 'kotak'. Bahkan di tengah pandemi covid-19 yang mendera dan menderu, manusia tersadar untuk tidak mau lagi berada di dalam kotak, jadi tidak hanya 'think out of the box but no box!' bagi semua orang yang ingin maju dan menyadari perlunya perubahan, berlomba-lomba memicu dan memacu kinerjanya untuk meraih yang terbaik, siap beradaptasi dengan perubahan dan tidak mau lagi tinggal dalam zona nyaman (comfort zone).
Indonesia memiliki 35,3 juta siswa mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan 8,1 juta mahasiswa. Dari jumlah yang besar itu sebanyak 33,4 juta pelajar yang terpaksa belajar dari rumah atau sekolah dari rumah (School From Home) dan melakukan pembelajaran secara daring (Sumber Kemendikbud, 2019).Â
Menyikapi kondisi terkini bahwa pandemi covid-19 sudah mulai mereda walau sesungguhnya masih ada, penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara penuh tentu berisiko sehingga ditempuh kebijakan kombinasi  PTM dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), yakni secara luring dan daring. Semua itu dilakukan karena apabila PTM 'dipaksakan' sepenuhnya, kenyataan yang didapati harus terjadi 'buka -- tutup' sekolah karena ada peserta didik yang terpapar covid-19.
Keselamatan jiwa manusia adalah prioritas, karena dengan fisik dan psikhis yang sehat manusia bisa berpikir kreatif dan inovatif. Kita perlu menyadari jika ada orangtua yang merasa khawatir/was-was jika melepas putera/puterinya ke sekolah, walaupun sudah dilengkapi dengan protokol kesehatan yang lengkap, itu adalah hal yang wajar.Â
Di pihak lain jika pembelajaran secara on line berlangsung berkepanjangan, ancaman learning lost membayangi karena adanya berbagai kendala seperti jaringan internet-lah, kuota-lah dan sebagainya (terutama  bagi mereka yang berada di daerah 3 T; Ter depan -- Ter luar -- Tertinggal). Begitu banyak alasan yang sering dimanfaatkan peserta didik untuk berdalih, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan tidak dapat  berlangsung efektif.
Berbagai kendala tersebut harus diimbangi dengan strategi jitu setiap insan pendidikan. Usaha apapun harus ditempuh agar semangat mendidik dan mencerdaskan anak bangsa tetap menyala.Â
Bangsa yang maju adalah bangsa yang menaruh kepedulian besar terhadap urusan pendidikannya. Buktinya walaupun pandemi covid-19 masih ada, sudah banyak ide cemerlang digalang, antara lain seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), diberikannya perhatian khusus kepada sekolah kejuruan (SMK), Fakultas Vokasi dan berbagai pendidikan non-formal dengan tetap belajar di masa pandemi.
Pandemi bukanlah sepenuhnya halangan, belajar dari rumah hendaknya disikapi sebagai salah satu cara agar pembelajaran tidak harus terhenti gara-gara pandemi, karena pembelajaran daring pastinya memberikan makna baru, pengalaman baru bagi pendidik, perserta didik, orangtua dan pihak pemerintah. Bagaimanapun juga semua pasti ada risikonya, karena memang hidup ini satu paket dengan risiko dan kita tidak bisa mengambil enaknya saja tetapi juga siap take a risk. Kita harus sanggup berpikir dan bertindak untuk meminimalkan risiko dan sekaligus memaksimalkan kesempatan/menangkap peluang yang harus dicari dan ditemukan disela-sela situasi yang menghimpit ini.
Kita semua harus jeli-jeli/pandai-pandai memilih dan menangkap peluang serta berani mencoba, sebab dengan melakukan manusia menjadi paham. Oleh karena itu, tidak sekedar berwacana tapi kerja-kerja dan kerja, sing-singkan lengan baju, jalin komunikasi dan ciptakan kolaborasi serta sinergi yang efektif adalah kata kunci untuk menyongsong hari depan yang penuh harapan. Sikap pesimis harus diubah menjadi sikap optimis, sebab hanya mereka yang mau dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang akan mampu bertahan.
Masa Depan Itu Anugerah
Menengok ke belakang -- kita belajar dari pengalaman; menatap ke depan -- kita menjemput harapan. Tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk merenda hari depan, maka mulai lakukan yang terbaik (mulai dari diri sendiri), jadilah pekerja yang kreatif, sebisanya lulus sekolah tidak lalu mencari kerja tetapi menciptakan lapangan kerja, misalnya menjadi wirausaha, profesi pekerjaan yang 'bebas', pekerjaan-pekerjaan yang menakjubkan lainnya, seperti apa itu? Berikut penulis hendak menginspirasi:
- Kalau kini kita menjadi konsumen Burger King, KFC, MC Donald, dan lain-lain; maka yang akan datang giliran orang lain yang menjadi konsumen atau franchise milik kita.
- Kalau hari ini kita memakai pakaian-baju-sepatu-tas buatan negara lain, besuk-besuk giliran orang lain lah yang memakai semua itu dari hasil produk kita, kita harus bangga dengan buatan bangsa sendiri.
- Kalau kini kita harus berobat ke luar negeri (Malaysia, Singapore, China, dan lain-lain), di waktu yang akan datang saatnya orang-orang merasa perlu berobat di klinik kita dengan sistem dan cara-cara baru (inovatif) yang berdeda, yang bermutu dan terpercaya.
Itulah dunia 'baru', itulah masa depan dan saat itu pasti akan tiba. Hidup di zaman yang sudah berubah (zaman yang berbeda), seluruh penduduk dunia terhubung dengan mudah. Manusia hidup di era globalisasi, dunia tanpa batas (borderless). Kenichi Ohmae secara garis besar mencoba menjelaskan dunia tanpa batas disebabkan oleh keterkaitan ekonomi antarnegara serta peranan aktor non-state dalam memengaruhi kebijakan suatu negara. Oleh karena itu, jangan risaukan dengan kegagalan, jangan takut nganggur, sejauh kita mau kerja keras dan kerja cerdas (work hard and work smart), ulet dan pantang menyerah, pasti kita bisa menjadi yang terbaik (excellent) di bidang masing-masing. Sambutlah masa depan yang gemilang!
Jakarta, 11 Nov. 2021
Salam penulis:E.Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia-tyasyes@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H