Mohon tunggu...
Handarbeni Hambegjani
Handarbeni Hambegjani Mohon Tunggu... -

press any key to continue ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Presiden, Pemenang, Pemimpin dan Kita

28 Juli 2014   19:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:59 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemenang

Ada kata bijak (lupa siapa yagn mengatakan) yang agak sejalan dengaan Kaidan Freemasonry yahudi diatas : Small mind Discuss Peoples, Averages minds discuss events, Great minds discuss ideas (Pikiran itu adalah kecil jika hanya berbicara orang, Pikiran itu adalah sedang jika berbicara peristiwa, dan Pikiran itu adalah Besar jika berbicara ide)

Dimana bila kita lihat di masyarakat Indonesia dengan dipandu kata bijak ini, maka petunjuk untuk jadi pemenang cukup mudah. Kenapa? simple, hanya sedikit golongan di Negara ini yang sampai pada tahap berada pada Pikiran Besar. Maka sedikit seorang Individu bergerak ke golongan yagn Ketiga di atas, akan cukup mudah baginya untuk menjadi seorang Pemenang.

Tentu barometernya jangan manusia Indonesia penghuni kanal ini, tetapi maaf, lihatlah ke pedalaman, ke suku suku daerah, yang hidupnya saat kita membaca tulisan ini, mungkin masih berburu babi di tengah hutan. Atau ke lingkungan yang lebih elite,  karyawan karyawan itu misalnya, yang hidupnya banting tulang sekadar memperjuangkan kenaikan UMK --justru yang ada bagi mereka-- tidak ada waktu untuk Berpikir.

Pemimpin

Dilihat dari suksesi kepemimpinan, ada perbedaan mendasar dalam  diantara sistem kerajaan dan sistem demokrasi; Bila dalam kerajaan Pemimpin itu `terlahirkan`, sebagai suatu jabatan yang melekat. Dalam demokrasi Pemimpin itu `lahir untuk` (menjadi pemimpin). Jadi butuh bukan sesuatu yang melekat, melainkan butuh porses.

Sedangkan jika dilihat dari mekanisme `being` -nya, Jaman dulu, yang diangkat menjadi Pemimpn suatu kaum/suku adalah yang berhasil menghancurkan Musuhnya. Tapi di saat ini, yang di angkat menjadi pemimpin adalah yang berhasil merangkul (baca: menjinakkan) musuhnya . Dan tentang kata `jinak` menjinakkan ini tentu saat ini ada sekian ratus opsi yang bisa di lakukan, dan cukup mudah. Yang di butuhkan adalah `Koneksi`!

Kita

Jika bertanya orang Betawi tentang si Pitung, tentu akan dijawab bahwa ia adalah seseorang legenda lokal yang mampu menginspirasi perjuangan, membuat perubahan dan berhasil menjadi sebuah icon.

Amirul Mukminin Ali  Ibn Abu Thalib pernah berkata: `Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyak serta karena kehebatanya orang-orang jahat. Tetapi Karena Diamnya Orang-orang yang benar/Baik`, maka terjemahan kalimat ini dalam diri Si Pitung, adalah legenda yang berkata kepada kita, bahwa tidak semua orang baik itu Diam, catet!

Namun, jika menonton Film Hollywood `Save House` (2012)  yang mengisahkan pengejaran Agen spionase, kata Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib diatas,  sepertinya tidak sengaja justru mendapatkan ter-terjemahkan sangat dalam,  --Sebagai keping lain dari mata uang budaya modern kita-- yakni berbunyi  `Kebohongan yang dikatakan setiap hari, itu terdengar seperti Kebenaran` .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun