Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menunggu Para Hantu di Pulau Peling (Bagian Kedua)

18 Juni 2024   21:49 Diperbarui: 20 Juni 2024   14:35 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gosong sula Megapodius bernsteinii alias kailong, hanya ada di Kepulauan Sula dan Banggai. (dok. Hanom Bashari)

Kami pun bergegas turun kembali ke arah perahu, karena mungkin sang gosong tadi akan kembali untuk segera bertelur.

Perahu bergerak perlahan di atas air laut tenang berlapis kabut tipis. Kami bergerak sedikit memutar pulau, menuju Pulau Koyo di sebelah Saleng. Burung pekaka bua-bua tampak di sisi utara, sedangkan kelompok punai gading dan  pergam laut bertengger di pohon tertinggi di tengah pulau.

Jalur darat dari Salakan - Desa Koyobunga - Danau Paisu Pok di Desa Luk Panenteng, Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah. (peta tangkapan layar google map)
Jalur darat dari Salakan - Desa Koyobunga - Danau Paisu Pok di Desa Luk Panenteng, Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah. (peta tangkapan layar google map)
Lagi viral

Awang tancap gas sepeda motornya menuju utara Peling, membonceng saya. Suasana pantai, kebun-kebun kelapa, dan desa-desa khas pesisir silih berganti. Di beberapa desa tampak buah manggis masih banyak dijajakan namun pohon-pohon durian sudah tidak terlihat berbuah.

Setelah sekitar satu setengah jam, motor mulai diperlambat. Di kanan kami tampak pantai dan teluk yang berhijau toska, berpadu dengan pantai pasir putih dan karang-karang di sekitarnya. Akhirnya kami berhenti di tujuan kami, Desa Luk Panenteng, Kecamatan Bulagi Utara. Di sinilah terletak Danau Paisu Pok yang cukup viral belakangan ini.

Danau laksana kaca, bening hijau mengkilap. Perahu kayu kecil di tengah danau melintas, tampak seperti lukisan. Ah, tapi itu harapan saja. Kenyataannya, saya ternyata datang di hari Minggu. Walaupun kami tiba sekitar setengah sepuluh pagi, namun danau telah sibuk. Suara pengunjung ramai, dermaga kecil memanjang di sepanjang sisi utara danau pun telah penuh sesak. Sementara di tengah danau, para pengunjung hilir mudik berenang ria.

Danau Paisu Pok di Minggu pagi, pengunjung mulai ramai. (dok. Hanom Bashari)
Danau Paisu Pok di Minggu pagi, pengunjung mulai ramai. (dok. Hanom Bashari)
Danau seluas sekitar 1,2 hektar ini, sesungguhnya sudah cukup tertata. Dermaga kayu yang cukup panjang dan beberapa gazebo telah berdiri. Perahu-perahu kayu siap disewakan tersedia. Jalan menuju danau dari jalan utama desa pun telah cukup baik. Beberapa petunjuk jalan menuju danau dan papan informasi juga cukup jelas terpampang di beberapa tempat.

Kami menikmati secukupnya, dari pinggir-pinggir danau yang tak terjamah, sedikit berswafoto, kemudian kembali ke tempat kami memarkir motor. Sebelum keluar, kami membayar tiket lima ribu rupiah per orang untuk tiket masuk ke lokasi danau tadi.

Danau Paisu Pok ini sebenarnya bukan satu-satunya obyek wisata yang dapat dikunjungi di sekitar Desa Luk Panenteng. Beberapa laguna di dekat pantai tak kalah cantik.

Kami melaju sedikit ke arah barat. 

"Ada satu danau kecil di sana, bagus", terang Awang, "tapi rasa air sabun, karena banyak orang bacuci", sambung Awang sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun