Sore itu juga kami sudah dapat informasi. Kapal ke Manado berangkat besok sore, dan pesawat dari Manado ke Jakarta ada lusa siang. Pas, kami akan tiba di Manado lusa pagi, kemudian dapat langsung berangkat lagi ke Jakarta siang harinya.
Bukan main senangnya teman-teman ini. Bahkan saking senangnya, kami sempat-sempatnya berfoto ria konyol di luar kantor yang penuh debu vulkanik sang Gamalama.
Esoknya habis dzuhur kami kami telah bersiap ke pelabuhan Ahmad Yani di Kota Ternate. Tiket telah dibeli sejak kemarin. Kami bersepuluh, satu wanita.
Kapal kami adalah kapal berukuran sedang. Saya lupa nama kapalnya. Rangka kapal sudah berbahan besi. Kapal penumpang seperti kapal-kapal rute Manado ke Sangihe dan Talaud seperti yang dahulu sering saya naiki.
Kami semua memiliki tiket kelas ekonomi, namun menyewa satu kamar ABK untuk menyimpan seluruh bagasi kami agar lebih aman. Di dek kelas ekonomi, tersedia tempat tidur besi dan tingkat, bernomor sesuai nomor yang tertera di tiket kami. Sedangkan di kamar ABK, hanya tersedia satu dipan kayu tingkat.
Pukul empat sore, kapal akhirnya berangkat. Sementara sebagian besar kami memilih berada di anjungan belakang kapal. Kami dapat melihat Gamalama dengan kepulan asap abunya yang kelabu, menjunjung tinggi, menyetuh langit tertinggi yang pernah kami lihat.
Permukiman Ternate terlihat menjauh. Kami bergerak ke selatan, sebelum akhirnya memasuki selat Ternate-Tidore, kemudian bergerak ke arah barat. Kembali, gugusan pulau-pulau gunung api di sisi barat Halmahera ini terlihat berjajar indah.
Teman kami yang lagi senang-senangnya dengan lensa Nikon fisheye-nya, tak henti-henti memotret kanan kiri, baik foto kami, kapal, Gamalama yang mengepul, maupun deretan pulau-pulau yang mempesona ini.
Kapal mulai berguncang. Kami yang sedang senang tiada ambil pusing. Berpepet-pepet di ruang ABK yang hanya bekipas angin.
Saya yang pernah puas menaiki kapal seperti ini, senang bercampur sedih. Anak dan isteri saya masih di Ternate. Untunglah saat itu ada mertua saya di rumah, jadi saya tidak terlalu risau dengan situasi ini.
Kami dan saya tetap kembali ke Ternate sepekan kemudian, setelah kejadian perjalanan yang heboh ini. Meneruskan kerja kami di Maluku Utara ini, di Ternate dan Halmahera.