"Bentar ya Pak, saya tanya dulu langsung ke pesawat," balas petugas kedua tadi. Petugas tadi sibuk dengan HT-nya, sepertinya berbicara dengan awak maskapai yang ada di pesawat.
Saya sendiri tidak habis pikir, bahkan sampai saat ini. Biasanya maskapai ini memang sering bermasalah soal ketepatan waktu, gagal terbang ditinggal terbang, maupun urusan bagasi yang klasik. Tapi, sekarang berbeda dengan yang saya alami. Kami berdua masih memegang tiket, tapi pesawat sudah dinyatakan penuh. Berarti, apakah ada penumpang gelap yang tiba-tiba nyelak kami.
Suudzhon saya sih, tiba-tiba ada rombongan orang penting entah siapa itu, tidak punya tiket, kemudian memaksa untuk segera terbang. Tentu kejadiannya di awal pembukaan check-in. Karena orang penting, akhirnya tiket keluar, dan segeralah check-in ditutup begitu seluruh kursi pesawat disanggupi dibayar oleh rombongan tadi.
Itu sih khayalan saya saja. Intinya kami yang sial, entah kenapa. Sementara si pemuda tadi, sibuk bertelponan, sepertinya menceritakan situasi yang ada dengan koleganya di tempat tujuan. Tak berapa lama, wanita petugas tadi datang kembali.
"Baik Pak, masih tersedia kursi, tapi hanya untuk orang," si petugas wanita tadi menerangkan.
Kami celingukan, jelas ini menimbulkan konflik baru.
"Baiklah," kata saya sambil saya menyodorkan kembali KTP saya.
"Mas, tolonglah, saya harus ke Ternate hari ini juga," kata pemuda yang ada di belakang antrian saya.
"Iya, saya juga harus ke Ternate hari ini, dan saya yang datang lebih dahulu tadi."
"Iya, tapi tolonglah. Saya akan bayar ke mas untuk selama kebutuhan menunda penerbangan ini sampai besok," terang di pemuda meyakinkan saya, walau mungkin dia juga tahu kalau maskapai ini akan menyediakan tiket dan akomodasi pengganti.
Saya sebenarnya saat itu memang harus ke Ternate, tapi bukan sesuatu yang mendesak. Tidak ada hal yang saya harus lakukan segera, artinya saya sebenarnya bisa saja menunda penerbangan sampai besok.