Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sepuluh Hari Bersama Kapal Pelni (Bagian Kedua)

25 Juni 2022   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2024   23:33 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya kapal berangkat, menuju pelabuhan akhir di Bitung. Bagasi saya masih aman tenteram.

Pagi hari cerah, selepas subuh saya menuju anjungan depan kapal. Kapal kami melewati celah-celah selat sempit antar pulau karang, air laut membiru hitam.

Sekumpulan lumba-lumba silih berganti kanan kiri. Beberapa anak riang berseliweran bolak balik di atas anjungan kapal, memperhatikan sang lumba-lumba beradu cepat dengan kapal. Ini pemandangan laut paling indah yang pernah saya lihat saat itu.

Tanpa saya sadari, sebenarnya perilaku saya yang selalu berjalan hilir mudik di antara lorong-lorong kelas ekonomi, khususnya saat-saat kapal sandar di pelabuhan, ternyata telah diperhatikan seseorang. Hingga suatu saat, yang saya khawatirkan terjadi.

"Itu barang-barang punya Mas?", deg, jantung saya berdegub kencang, karena saya tahu yang bertanya ini adalah petugas kapal.

Sesungguhnya saya juga sudah sering memperhatikan si petugas ini dalam beberapa hari. Dia selalu memperhatikan para penumpang hilir mudik di depan pintu masuk kapal. Sesekali berbicara serius dengan penumpang yang membawa banyak barang. Dan, saya tahu juga bahwa dia pernah memperhatikan kardus-kardus saya dengan saksama.

(www.pelni.co.id)
(www.pelni.co.id)

"Iya Pak", jawab saya.

"Bagasi tidak boleh ditaruh di lorong penumpang, ini mengganggu orang lewat", katanya.

Saya tahu itu juga sih, tapi sebagian besar penumpang lain juga melakukan hal yang sama. Oke, memang itu salah.

"Iya Pak, maaf. Sudah mau sampai Bitung juga sebentar lagi", jawab saya. Saya paham juga, masalah ini adalah masalah uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun