Beberapa lembah di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah ini memang dikenal sebagai salah satu megalitikum terbaik di Indonesia. Tentu yang paling kondang adalah Lembah Behoa ini.
Megalit Lempe
Tidak sampai sepuluh menit, kami telah tiba di perempatan Desa Lempe. Di salah satu jalan, terpampang papan petunjuk kecil: Situs Megalit Lempe 1,5 km. Tak jauh lagi.
Kami berhenti di tepi hutan kecil. Sekitar 30 meter di sebelah kiri kami tampak area yang sedikit bersih.
"Itu di sana", kata Arnol.
Tak menunggu lama, saya bergegas meninggalkan Arnol. Dari kejauhan, terlihat sosok hitam gendut dan agak pendek. Inilah katanya Arca Lempe itu.
"Hanya ada tiga situs megalitik di Behoa ini yang memperlihatkan sosok manusia, nanti akan kita kunjungi semua. Yang satu ini sering orang bilang juga dengan nama watu-tokalaea yang berarti batu hamil", jelas Arnol. Seperti nama arca juga yang saya pernah lihat di Lembah Bada.
Baca juga: Ke Bada Lagi, Berjumpa Arca-Arca Megalitik Nan Misterius
Hmm, tentu ini merujuk pada sosok yang gendut seperti orang hamil. Tapi saya tidak berani mengorek-ngorek bagian bawah patung ini untuk memastikan, apakah patung ini merujuk ke lelaki atau perempuan.
Arca setinggi sekitar 130 cm ini terlihat agak miring ke belakang. Sebagian besar tubuhnya dipenuhi lumut menghijau. Wajar, mengingat area ini memang terasa lembab dan tertutup tajuk rindang pepohonan nan sejuk di sekitarnya.
Setelah puas berfoto, kami pun beranjak. Dalam perjalanan, Arnol menjelaskan bahwa Lempe sendiri berarti tanah datar dan dipercaya sebagai desa tertua di lembah ini.
Sesampai di perempatan awal tadi, kami berbelok kiri, masuk ke Desa Hanggira. Arnol menghentikan motornya tepat di samping balai desa, kemudian menunjukkan beberapa arca batu yang dipasang paksa dengan menggunakan semen.