Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Bada Lagi, Berjumpa Arca-Arca Megalitik Nan Misterius

13 September 2021   16:39 Diperbarui: 13 September 2021   16:46 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Tantaduo di tengah persawahan Lembah Bada Sulawesi Tengah, dipercaya sebagai patung kerbau (@Hanom Bashari)  

Menurut BPCB Gorontalo (2018) dalam Laporan Kajian Delineasi Kawasan Megalitik Lore Lindu, disebutkan bahwa tinggalan arkeologi di Lembah Bada terdentifikasi sebanyak 186 buah yang tersebar di 35 situs. Peninggalannya berupa kalamba, wadah maupun tutupnya, bakal wadah kalamba, arca megalit, batu berlubang, tutup tempayan, juga buho. Wadah kalamba merupakan tinggalan arkeologi terbanyak yang ditemukan, yaitu 64 buah.

Tentu dari semua tinggalan arkeologi di Bada ini, yang paling populer dan ikonik adalah Arca Palindo di padang Sepe yang menjulang besar  dan miring itu.

Masih di Lengkeka, kami juga mengunjungi arca Mpeime yang berada di pinggir persawahan. Arca setinggi sekitar  1,5 meter ini masih berbentuk seperti manusia, seperti bertopi, namun dengan bagian telinga hilang sebelah. Patung ini baru ditemukan, jelas Ithong. Ya,memang terlihat juga dari plank nama yang masih baru dan tersangga bambu, serta patung yang terlihat bersih.

Kalamba Kolori

Esok sorenya, saya masih sempat-sempatnya juga mengunjungi hamparan batu-batu megalitik di desa lainnya, Kolori. Berada di tengah-tengah kebun coklat, dua buah kalamba atau wadah seperti bak berbentuk tabung, tampak menonjol di antara bebatuan lain yang tak terurus. Air tergenang di dalam kalamba ini, tanda tidak ada kebocoran di alasnya.

"Orang kampung biasa hanya menyebut ini sebagai batu kalamba", jelas Pak Hermon, warga Desa Kolori yang mengantar kami. Dua buah kalamba ini bergaris-tengah sekitar 1,5 meter dan dalam satu meter lebih. Sementara di sekitarnya, hamparan batu yang sebagiannya berbentuk seperti lumpang, berserakan.

Anak-anak desa yang bermain di tepi kalamba, di Desa Kolori. Mudah-mudahan kelak besar nanti mereka terinspirasi mendalami ilmu untuk menggali kekayaan arkeologi lembah mereka ini. (@Hanom Bashari)  
Anak-anak desa yang bermain di tepi kalamba, di Desa Kolori. Mudah-mudahan kelak besar nanti mereka terinspirasi mendalami ilmu untuk menggali kekayaan arkeologi lembah mereka ini. (@Hanom Bashari)  

Sampai saat ini, memang tak ada penjelasan rinci, apa dan untuk apa semua batu-batu tersebut. Arca, kalamba, dan sebagainya itu. Berserakan seperti acak. Terpahat baik, namun kenapa tidak berbentuk persis seperti manusia dan satwa. Terukir beragam simbol yang masih misterius.

 Lembah Bada sendiri merupakan satu dari empat lembah penting dalam lanskap Lore Lindu ini. Selainnya adalah lembah Napu, Besoa, dan Lindu. Lanskap Lore Lindu merupakan bagian dari Cagar Biosfer Lore Lindu, yang telah ditetapkan oleh UNESCO sejak 1977, satu dari empat cagar biosfer tertua di Indonesia.

Baca juga: Cerita Mengunjungi Lembah Napu nan Subur (Bagian 3-Situs megalitik)                        

Beberapa teman kami, duduk maupun berdiri, berfoto dengan batu-batu ini. Begitu pun foto-foto para pengunjung lain yang tersebar di internet, yang sata lihat setelah perjalanan di Lembah Bada ini. Saya sendiri lebih banyak menahan diri untuk tidak berbuat demikian. Bukan karena mungkin ada katula atau apa, tapi lebih sekadar menghormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun