Sore harinya, setelah pekerjaan utama kami selesai, saya kembali mengajak kawan-kawan saya tadi pagi, ditambah beberapa orang lagi, untuk mengunjungi lokasi megalitik Lembah Bada lainnya yang berada di Desa Lengkeka. Kebetulan Ithong dan Sunar mengetahui lokasinya.
Kali ini kami mengunjungi situs Manitu. Mobil kami berhenti di salah satu rumah penduduk, sedikit di atas bukit.
"Ada patung di belakang rumah ini", kata Sunar. Saya segera mengikuti  Sunar menuju belakang rumah tadi.
"Itu ada lumping batu" Sunar menunjuk batu hitam sekitar 30x30x30 sentimeter persegi yang bagian tengahnya membentuk ceruk. Batu persegi kecil dengan bentuk seperti lumpang , memang banyak tersebar di Lembah Bada ini, bahkan mungkin berserakan.
Menurut Pieter Schuyt (dokter) dan Pieter ten Kate (penulis)  yang keduanya juga penginjil asal Belanda, yang mengunjungi Napu dan Behoa pada 1910, dalam bukunya "Van dag tot dag op Een Reis Naar de Lanschappen Napoe en Behoa" (saya sendiri hanya mengutipnya, tidak membaca langsung buku ini), menyatakan asumsi bahwa lumpang batu di lembah-lembah Lore  dan Lindu mungkin berfungsi sebagai alas tiang.
Setelah mengambil beberapa foto lumpang tadi, kami lanjut mensusuri tepi kebun dengan parit air di sampingnya yang mengalir deras dan jernih, terus ke bawah sampai ke sungai kecil. Di tepi sungai, terdapat dinding beton keci, yang ternyata melingkari sebuah patung sepanjang sekitar dua meter, besar dan gemuk, terbaring telentang dan tenggelam.
"Ini patung laki-laki" kata Sunar dan tampak tak sabar segera melompat ke patung telentang tersebut untuk membersihkan sebagian area yang menunjukkan alat kelamin pria. Sementara di salah satu sisi, Aan teman kami lainnya mencoba membuat goresan-goresan membentuk parit di pasir, dengan harapan air yang merendam sang patung surut ke luar. Namun usahanya sia-sia.
Setelah berfoto-foto, kami coba bertanya pada pemilik rumah yang kami lewati tadi, apa nama patung di bawah sungai itu.
"Watutokalaea" kata bapak pemilik rumah.
"Batu hamil" Ithong menjelaskan artinya. Kami mengerenyitkan dahi, karena itu jelas patung pria, tapi mungkin karena bentuk perutnya terlihat agak membulat, seperti orang hamil, jadilah sebutan nama tersebut.