Perahu sandar di salah satu dermaga kecil dan kami pun turun semua. Tentu setelahnya membayar ongkos.
---
Bagi saya yang tidak pandai berenang, naik perahu kole-kole memiliki ketegangan sendiri.Â
Saya seakan-akan harus mematung tidak bergerak selama di perahu padahal harusnya santai saja. Karena saya tahu, ketika saya bergerak ke kanan atau kiri, perahu pun akan ikut oleng ke arah tersebut.
Ukuran kole-kole cukup beragam, dari yang kecil sekitar dua meteran sampai yang lebih dari lima meteran.Â
Di Kepulauan Tanimbar ini, kole-kole seperti kendaraan pribadi, hampir semua keluarga memilikinya.Â
Bagi keluarga yang lebih berkecukupan, mereka menempeli perahu ini dengan ketinting sebagai mesin penggerak, namun masih banyak juga yang hanya cukup mendayung.
Sebagian besar kole-kole biasanya digunakan sebagai perahu angkut kecil untuk jarak dekat.Â
Perahu tersebut memang sangat pas untuk menyusuri sungai-sungai kecil. Beberapa digunakan juga untuk mencari ikan, namun umumnya untuk jarak-jarak yang tidak terlalu jauh pula.
Menurut Bapak Bambe, tetua adat di Lelingluan tempat saya menginap, dahulu kole-kole umumnya dibuat dari kayu utuh yang diambil di hutan.Â