Dari kejauhan tampak petani kurus dengan topi fedora gelap, Pak Kadir, bersama keluarganya sedang memetik tomat-tomat segar dan ranum dari lahan pertaniannya. Anjingnya yang coklat gempal hilir mudik menyambut kedatangan kami.
Setelah menyapa dan berbincang sebentar dengan Pak Kadir, kami menuju lokasi penanaman dalam skema Rehabilitasi Hutan Lindung FP III yang dilaksanakan di desa ini. Tampak papan kegiatan Kelompok Pobuhula dalam kegiatan RHL 50 hektar ini tegak terpampang. Beberapa bibit durian yang telah ditanam di area rehabilitasi terlihat masih segar berdiri, walau ada sebagiannya tampak mengerdil. Sayang, kami tidak dapat bertemu ketua kelompok kali ini.
Siang sampai sore berkeliling, kami banyak bertemu dengan kelompok dan masyarakat di desa Dodolo, Watumaeta, Kaduwaa, Wanga, dan Siliwanga. Singgah di sebagian rumah-rumah mereka, minum kopi hitam yang nikmat, numpang menyeduh pop-mie Pak Sholeh yang kami nikmati bersama, dan ngobrol santai dengan para anggota kelompok sambil menunggu hujan reda.
Sebagain kami dengarkan curhatan para ketua kelompok, luapan semangat mereka, maupun keluhan di sana sini. Namun semuanya menyimpan satu keinginan dan semangat bersama untuk membangun dan menjaga hutan di desa mereka, serta komitmen ikut melestarian Taman Nasional Lore Lindu yang terpampang tak jauh permukiman mereka.
Menjelang maghrib kami meluncur kembali ke Desa Wuasa, tempat kami bermalam. Di perjalanan, beberapa papan himbauan menjaga hutan dan alam yang dibuat oleh LPKD Desa Dodolo masih terlihat dan terbaca jelas di beberapa titik. Papan ini berselingan dengan papan-papan "Fokus Keong"dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, yang berisi himbauan kepada masyarakat untuk kewaspadaan terhadap penyakit Schistosomiasis di daerah ini.
Menurut berbagai sumber, Schistosomiasis atau dikenal sebagai Demam Keong merupakan salah satu penyakit tropis yang berasal dari cacing Schistosoma japonicum. WHO mencatat, Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang masih memiliki penyakit ini. Penyakit ini muncul di Sulawesi Tengah di Lindu pada 1937, Napu pada 1974, dan Bada pada 2008.
Cacing Schistosoma menginfeksi keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis yang berkembang menjadi serkaria, kemudian keluar dari tubuh keong dan berenang aktif di dalam air hingga menembus kulit manusia dan hewan ternak. Gejala penyakit ini berupa gatal-gatal, demam, diare, hingga akhirnya ada pembengkakan hati yang dapat menjadi kematian. Ya, mudah-mudahan cacing-cacing ini dapat segera musnah dari lembah indah ini.
Kali ini kami sampai di penginapan kembali sebelum magrib. Satu rencana kami hari ini gagal, yaitu mengunjungi Desa Watutau, target terakhir kami di lembah Napu ini. Mudah-mudahan besok cuaca lebih bersahabat. Namun hari ini, perut kami terisi penuh dengan bergelas-gelas kopi.
Bersambung ke bagian ketiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H