"Walaupun saya sudah menggunakan kebaya tradisional Maluku untuk berjualan setiap harinya, hal tersebut tidak menarik perhatian pembeli, ternyata banyak jualan moderen yang lebih menarik perhatian mereka," ujar ibu Martha
Tidak bisa dipungkiri sejak hadirnya Covid-19, banyak orang yang berahli ke jualan makanan. Menyebabkan persaingan dan membuat pendapatannya semakin berkurang.
"Ditambah lagi semenjak hadirnya Covid-19 dan diterapkannya PPKM, saya semakin sulit untuk mendapatkan pembeli dan pendapatan saya semakin berkurang," ujar ibu Martha.
Tidak berjualan maka tidak akan mendapatkan uang, tapi sudah berjualan dalam seharipun belum tentu mendapatkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarga.
"Semenjak PPKM, saya pernah mengalami dalam sehari dagangan saya tidak ada yang laku, terpaksa harus pulang dengan tangan hampa, dan kalau sudah bisa makan saya sangat bersyukur" ungkapan lanjutan ibu Martha.
Berjualan disatu tempat tidak mendapatkan keuntungan, hal ini memutuskan dirinya untuk berjalan mengelilingi kota sambil menjajakan jualannya kepada orang-orang yang ditemuinya.
"Pagi hingga sore ditengah panas saya tetap menjadi papalele, harapannya mendapatkan uang yang lebih. Tapi dengan kondisi seperti ini sangat sulit untuk menaruh harapan yang tinggi," ungkap ibu Martha.
Dari raut wajah dan tubuhnya yang sudah semakin tua tidak bisa dipungkiri, rasa capeh dan pegal yang dirasakan karena tubuhnya dipaksa untuk berjalan mengelilingi kota untuk mendapatkan pembeli.
"Tangan dan kaki saya sering pegal dan tubuh saya capeh karena setiap hari berjalan tawarin jualan sana-sini untuk mendapatkan pembeli, tapi dagangan saya belum laku-laku," ujar ibu Martha.
Ibu Martha mengungkapkan, sesulit apapun hidup harus tetap dijalani walaupun banyak keluhan yang dialami.
Waktu terus berjalan tanpa henti, setiap kesulitan, tantangan, dan rintangan dilewati olehnya tanpa henti juga.