Pengelolaan dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemkab Banyumas terkesan amburadul dan tidak sehat.
Adalah Perusahaan Milik Daerah (Perumda) Pasar Satria dan Perumda Banyumas Investama Jaya (BIJ). Butuh upaya penyehatan BUMD. Mulai dari langkah politik, kajian masalah, dan komitmen bersama antara eksekutif dan legislatif.
Demikian menjadi salah satu kesimpulan dari dialog interaktif bertema Penyehatan BUMD : Apa Kabar BIJ dan Perumda Pasar Satria? pada Selasa (28/5) malam di Heterospace Bakorwil III. Pada diskusi tersebut, saya berkesempatan menjadi moderator.Â
Adapun narasumber yang hadir adalah Kabag Perekonomian Setda Banyumas selaku Pembina BUMD, Ngadimin, Ketua Komisi 3 DPRD Banyumas Rachmat Imanda, dan Direktur Perumda Pasar Satria Soelarso. Adapun Direktur BIJ, Aditya dan seorang akademisi dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsoed, Dr. Rahab berhalangan hadir.
Masalah BIJ
Dari paparan narasumber, kedua BUMD memiliki masalah yang berbeda. Masalah yang dihadapi BIJ diduga karena tidak adanya core bisnis yang jelas, manajemen yang tertutup sehingga tidak dikenali oleh publik, deviden yang kecil, dan berganti-ganti penugasan bisnis. BIJ dipandang masih memiliki potensi untuk mengelola pencacahan sampah untuk suplay pabrik semen. Namun hal ini perlu dikelola secara terbuka dan diawasi agar tidak menimbulkan konflik kepentingan.
Pada awal berdiri tahun 2009, BIJ masa kepemimpinan Bupati Mardjoko dan Wakil Bupati Achmad Husein bertujuan untuk mencari investor guna mengolah bioethanol. Namun tidak mulus. Era Bupati, Achmad Husein mulai 2017 hingga kini, BIJ mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLMTH) di Desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng bersama PT Sumarah Energi. Kini, BIJ mendapatkan penugasan berbeda yakni mengelola parkir di kawasan Menara Teratai serta membantu pengelolaan sampah RDF. Wakil dari BIJ yang hadir ke diskusi, Agistra Dea menyatakan tidak membawa data dan dianggap tidak cukup memiliki informasi.
Masalah Perumda Pasar
Tentang Perumda Pasar dibentuk dengan Perda Inisiatif DPRD Banyumas tahun 2014. Bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan efektivitas pengelolaan. Setelah berdiri dan berjalan dua tahun, profit meningkat empat kali dan pelayanan membaik. Namun, deviden yang masuk sebagai pendapatan dalam APBD Banyumas belum ada.