Malah di malam minggu jalan menuju lokasi, Jalan Bung Karno, merayap pelan banyaknya mobil dan sepeda motor menuju parkiran Menara Teratai.
Begitu sampai lokasi, parkiran tampak penuh. Suara histeris para pengunjung wahana permainan menyeruak keras terdengar. Ada yang berteriak seru, ada yang berteriak ketakutan.Â
Bercampur menjadi satu meramaiakan suasana. Ditambah keramaian kerlap kerlip lampu, suara musik, serta sorot lampu sokle yang terang memancar lurus ke langit menandakan jam pasar malam masih beroperasi.Â
Orang hilir mudik lalu lalang, antrean beli tiket dan keramaian stand makanan bazar membuncah menyiratkan keceriaan.
Sepintas, tidak ada yang berbeda antara pasar malam tempo dulu dengan pasar malam masa kini.
Misalnya bila ditinjau dari wahana permainan. Nyaris sama, tidak ada beda. Ikon pasar malam adalah ombak banyu, bianglala, komidi putar, dan kora-kora selalu dengan mudah didapati.Â
Dari dulu hingga sekarang, namanya wahana pasar malam ya selalu begitu. Yang perlu menjadi perhatian adalah faktor keselataman. Pihak pengelola harus rutin memeriksa/inspeksi kelayakan alat yang digunakan.Â
Mengingat alat-alat tersebut dinaiki oleh ratusan hingga ribuan orang dalam sekali gelaran acara. Perlu dilakukan pengecekan alat-alat di wahana permainan tersebut agar kenyamanan dan keamanan pengunjung selalu terjaga.
Bagi saya, yang berbeda adalah soal stand bazar makanan. Saya mendapati adanya perbedaan. Bila biasanya di periode pasar malam 1990-2000an, mudah dijumpai stand penjual makanan martabak manis dan martabak telor, kini penjual makanan tersebut tidak lagi dijumpai.Â
Misalnya saat saya mengamati pasar malam di Menara Teratai Purwokerto, tidak tampak lagi penjual martabak berjualan. Padahal biasanya penjual martabak tidak pernah absen.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!