Kini, setelah kembali aktif saya merasa menemukan semangat yang hilang kembali lagi. Menulis lagi. Membaca lagi karya teman-teman Kompasianer di laman ini. Memberi postingan komentar maupun memberikan pendapat pada artikel kawan-kawan. Penting menurut saya, di Kompasiana untuk berelasi dengan sesama Kompasianer. Tidak elok, jika kita merasa berpuas diri dengan hanya membaca karya tulisan sendiri. Sangat perlu untuk membaca tulisan Kompasianer lain dan memberikan tanggapan maupun komentar.Â
"Berlaku hukum alam di Kompasiana. Ingin mendapat komentar-tanggapan, maka juga harus memberikan komentar-tanggapan kepada yang lain," ujar saya.
Hari ini, postingan ini merupakan karya ke-101 artikel yang dimuat di Kompasiana.Â
Tentunya jumlah ini masih sedikit. Saya dapati, banyak Kompasianer yang produktif. Banyak Kompasianer yang bertalenta dan kreatif disini.Â
 Dari Kompasiana, saya belajar untuk berlatih menulis. Khususnya memunculkan ide tulisan kreatif.Â
Kompasiana menghargai kejujuran tulisan. Jangan coba-coba anda plagiat / menguti tanpa menuliskan sumbernya. Bila ketahuan hingga 3 kali, bisa-bisa akun dikenakan sanksi akan dinon-aktifkan.
Akhirnya, saya jujur bahwa tulisan ini dibuat sebagai tanda saya pernah menulis disini. Dan senantiasa terus berusaha untuk membuat karya-karya tulis / artikel selanjutnya. Seperti paragraf pembuka di atas, kendala / tantangan menulis di Kompasiana justru muncul dari dalam : pikiran yang merasa takut jikalau tulisan tidak dibaca dan tidak bermanfaat.Â
Kiranya, saya memotivasi diri sendiri (dan syukur bisa memotivasi pembaca), bahwa kendala / tantangan di atas dipatahkan dengan terus menulis..terus menulis..dan menulis terus. Karena saya yakin, menulis adalah proses. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H