Selain bacaan juga diadakan kegiatan pendukung misalnya susur lokasi sejarah, dibentuknya komunitas, dan forum diskusi," kata NasSirun dalam acara bedah buku online yang diadakan Komunitas Cinta Baca Banyumas (KancaMas).
Langkah tersebut menurutnya tidak ringan. Butuh dukungan pemangku kepentingan. Dan ini menurutnya terus perlu diperjuangkan. Tanpa adanya dukungan, mengenalkan cerita babad seolah pilihan jalan sunyi.
Anggota DPRD Kabupaten Banyumas, Djadjat Sudradjat dalam bedah buku tersebut mengatakan, perlunya minat untuk menggali dan melestarikan cerita babad didukung. Anggota legislatif dari Partai Nasdem ini mengatakan, jangan sampai cerita tentang Indonesia, khususnya cerita daerah atau babad justru diteliti dan ditulis oleh orang asing.
"Menjadi keprihatinan bila yang tahu tentang Indonesia malah penulis dan peneliti luar negeri," ujarnya.
Tawaran Solusi
Di era digital saat ini, tawaran solusi untuk mengenalkan babad atau kisah sejarah lokal bisa terus dilakukan.Â
Melalui pembentukan komunitas dan penyebaran informasi melalui media sosial dan website. Bahkan ada yang usul, agar kisah babad turut dijadikan film animasi layaknya Upin-Ipin dan menjadi aplikasi game online.
Usulan tersebut bisa jadi terdengar unik. Namun memungkinkan dilakukan. Mengingat anak-anak zaman now lebih sering memegang gadget, ketimbang memegang buku.Â
Tidak kalah penting, orangtua juga perlu sedikit-sedikit mengetahui babad setempat sehingga bisa bersikap arif dan turut melestarikan. Bagi yang berminat mendapatkan buku Babad Banyumas karya NasSirun PurwOkartun bisa pesan menghubungi nomor 082138753334. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H