Mohon tunggu...
Hanan Arasy
Hanan Arasy Mohon Tunggu... Ilmuwan - everlasting student

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ranciere: Perselisihan dan Kesetaraan Radikal

25 Juni 2019   20:19 Diperbarui: 25 Juni 2019   20:30 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Penulis Aksi Mayday 2019
Dokumentasi Penulis Aksi Mayday 2019

Mari kita mulai dengan pertanyaan: Apa yang begitu terlintas dalam benak kita membicarakan tentang kesetaraan? Apakah kesetaraan merupakan tujuan yang sedang kita perjuangkan atau kerjakan? Atau justru segalanya telah berangkat dari bentuk kesetaraan sebagai umat manusia?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut penulis menemukan pokok pemikiran Rancire yang membicarakan kesetaraan--- tentu dengan sentuhan tertentu, penulis menambahkan tafsir kesetiaan sebagai term yang layak untuk menggambarkan ulang pemikiran tersebut---dus menautkan dengan salah satu contoh gerakan sosial MayDay 2019, sebagai upaya untuk mendekatkan paparan teoritis dengan situasi kontekstual. Hal ini diharapkan  untuk memudahkan pembaca yang budiman dalam memahami seluk beluk pemikiran Rancire.

Berikut pandangan Rancire mengenai kesetaraan. Pertama, konsep kesetaraan dibangun atas pendasaran setiap orang dan semua orang. Artinya kesetaraan tidak bersifat aritmatis dan geometris. Karenanya kesetaraan selalu bersifat kontingen dalam tatanan sosial dominan sesuai dengan kehendak "yang salah" untuk mengujinya. 

Kedua, tiga pokok pikiran mengenai konsep kesetaraan dijabarkan kedalam posisi pengandaian, titik tolak serta pengujian atau tolak ukur. Ketiga, "yang salah" adalah bagian yang tidak punya bagian dalam tatanan sosial dominan. Mereka tidak punya bagian karena cara pandang manusia terhadap dunia telah terbagi-bagi. Cara pandang ini merupakan pengalaman perseptif indra yang terberi di mana akan selalu ada bagian yang tidak terlihat atau terhitung sebagai bagian.

Keempat, politik terjadi di dalam tatanan sosial. Tindakan politik dilakukan demos mentransformasi tatanan sosial dominan menjadi bentuk baru karena demos menjadi suplemen yang sebelumnya tidak ada didalam menu tatanan tersebut. dalam konteks tatanan sosial sebagai tatanan negara, suplementasi demos ada di dalam teks konstitusi, kebijakan public yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga negara, dan sebagainya. 

Kelima, politik adalah tindakan disidentifikasi, sebuah gerakan singular (unik/khas) demos yang tidak diidentifikasi berdasarkan identitas tertentu. Gerakan politik demos  merupakan gerakan solidaritas untuk melampaui identitas. 

Jika dalam contoh konkret gerakan politik demos yang pernah menggunakan istilah identitas tertentu, hal ini tidak berarti para pelakunya adalah identitas tersebut, melainkan lintas identitas. Keenam, perlu adanya definisi yang jelas mengenai politik dan tatanan sosial demi membendung penafsiran ganda dan tumpang tindih yang seringkali muncul sebagai cikal bakal evakuasi demos dari tatanan dominan seolah-olah sudah mengakomodasi kesetaraan bagi setiap orang dan semua orang.

Lantas bagaimana kesetaraan dapat dikontekstualisasikan dengan berbagai gerakan yang akhir-akhir ini muncul? Sejauh mana gerakan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan Politik dan yang-politis? apakah gerakan tersebut dapat menjadi jawaban atas formula kesetaraan radikal menurut Rancire?  Bagi, penulis pengamatan mengenai gerakan Mayday 2019 yang banyak menuai kontroversi, perhatian sekaligus perbincangan khalayak umum dapat dikategorikan sebagai sebuah tindakan Politik dan yang-politis.

Mengapa? berangkat atas kondisi presuposisi kesetaraan radikal menurut Jean Jacques Rancire, keberadaan identitas buruh yang menjadi kontingen terhadap berbagai identitas lainnya (lihat; gerakan pemuda,anarko,perempuan, LGBT,guru honorer, pekerja kreatif, dsb) sebagai bentuk ketidaksepakatan atas distribusi pengetahuan oleh tatanan dominan. Pada akhirnya, mempertanyakan ulang bangunan pengetahuan itu sekaligus menyediakan keterbukaan akses terhadap identitas lainnya sehinggga dapat mengalami apa yang disebut sebagai kesatuan atas berbagai lintas identitas sesuai dengan konsep kesetaraan bagi semua orang dan setiap orang sekaligus membaca ulang atas tiap bentuk arkhe.

Kesetaraan, sebagai titik tolak terbukti bahwa buruh tidak mau diperlakukan semena-mena oleh pemilik modal sekaligus aparatur negara. Buruh yang mengalami subjektivasi berangkat dengan relevansinya dengan konsep Kesetaraan Radikal ala Ranciere,  pengandaian bahwa kesetaraan adalah hal yang sepatutnya diperjuangkan secara setia memberikan definisi terhadap gerakan tersebut menjadi lebih sempurna dalam menjaga perselisihan dengan negara serta pemilik modal sebagai verifikasi atas segala bentuk ketidak-setaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun