Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keterkaitan Teori Pembelajaran Pancaniti dan Maria Montessori Jenjang PAUD

18 Desember 2022   12:53 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:15 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Naskah Akademik Keterkaitan Teori Pancaniti dan Kontruktivisme Maria Montessori | dokumentasi pribadi

" Pancaniti adalah lima tahapan atikan dalam filosofi kesundaan yang diimplementasikan pada abad ke-14 silam dan memiliki keterkaitan dengan teori konstruktivisme Maria Montessori" (Hana Marita Sofianti)

Dalam naskah akademik yang saya buat berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam untuk menentukan teori pembelajaran berbasis Pancaniti jenjang PAUD merupakan hal yang tidak mudah dimana proses keterikatan berdasarkan abad berlangsungnya teori tersebut digunakan.

Teori dalam metode pembelajaran berbasis Pancaniti merupakan saah satu model pembelajaran yang diterapkan di Kabupaten Purwakarta khususnya pada program bunga pendidikan karakter yang ke lima yaitu Tatanen di Bale Atikan.

Tidak menutup kemungkinan juga bahwa Teori Kesundaan pada Model Pembelajaran Berbasis Pancaniti dapat digunakan pada program bunga pendidikan karakter lainnya, seperti : 7 Poe Atikan, AKPK, PAK, SRA, dan TdBA.

Kajian ini sangat penting mengingat kedua teori tersebut telah berlangsung selama berabad-abad lamanya dan menjadi patokan masyarakat di dunia/manusia dalam penerapan teori pembelajaran di dunia pendidikan dan konsep pendidikan melalui metode pembelajaran tersebut.

Tentunya pada zaman dahulu untuk membentuk teori keilmuan tentang suatu ilmu tertentu ditentukan oleh orang yang mendalami dan membuktikan setiap atau masing-masing teori yang dipelajari.

Tidak bermaksud membuat teori baru, namun temuan-temuan kajian ilmiah yang saya peroleh melalui fakta dan data menentukan Keterkaitan atau Kesetaraan Teori Pembelajaran Pancaniti dan Montessori Jenjang PAUD.

Keterkaitan Teori Pembelajaran Pancaniti dan Maria Montessori Jenjang PAUD

Penemu kembali dari Teori Kesundaan Model Pembelajaran Berbasis Pancaniti yang menurut penelitian sudah ada sejak abad ke-14 (sekitar tahun 1301 -  1400 M/ wikipedia ) adalah Tokoh Budaya Trie Utami didalam seminar pendidikan yang bertajuk : Pengarusutamaan Kebudayaan Melalui Tatanen di Bale Atikan, Kepala Dinas Pendidikan, Bapak Dr. H. Purwanto, M.Pd, dikembangkan melalui Tim dari Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta beserta jajarannya.

Penemu Pendidikan Karakter yang pertama adalah Bapak H. Dedi Mulyadi melalui buku-bukunya menyampaikan bahwa Karakter harus dipupuk dan ditanam sejak dini agar menjadi pembiasaan dan praktek baik sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.

Sedangkan Teori Kontruktivisme-Maria Montessori merupakan alat berfikir seseorang yang tentunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial dan budayanya. Artinya dalam tahapannya semua faktor tersebut membentuk proses pengetahuan dan perkembangan intelektual manusia berdasarkan pengetahuan yang didapat melalui pengalaman dan proses menyerap informasi melalui berbagai metode/cara secara bermakna.

Baca juga: Mengenal

Teori Kontruktivisme diprakarsai oleh Lev Vygotsky pada tahun 1896-1934 Masehi, konsep yang logis, sistematis dan rasional sebagai seorang yang dianggap ahli di bidangnya dan memiliki keterikatan dengan teori belajar metode Montessori.

Sedangkan Maria Montessori tahun 1870 -1952 yang pemikiran-pemikirnnya sampai saat ini dikenal pada jenjang PAUD dan merupakan salah satu acuan dalam penerapan metode di satuan pendidikan anak usia dini.

Keterkaitan yang saya maksud adalah dimana pada zaman dahulu untuk mengetahui sumber belajar adalah dengan jalur apa saja, bisa melalui mulut ke mulut, bisa dengan mendatangi tempat tertentu bahkan menyebarnya sebuah ilmu pengetahuan baru tidaklah secepat kilat seerti sekarang yang berbau era revolusi industri 4.0.

Berada di ranah revolusi industri 1.0 yang dimulai sejak sekitar tahun 1784 teori Maria Montessori terdapat kemungkinan bahwa beliau memelajari sistem berpikir dan belajar manusia pada abad sebelumnya, dimana contohnya masyarakat sunda pada umumnya sudah menggunakan 'wuluku' menggarap sawah dengan kerbau sebelum revolusi industri 1.0 pada sistem operasi pertanian dan pangan.

Sistem operasi pendidikan 1.0 juga pada tahapan ini sudah berada pada titik berpusat pada guru, padahal jauh sebelumnya pada evolusi sistem pendidikan sudah menuju mendidik manusia seutuhnya sebelum revolusi industri terjadi, namun tidak ditandai dengan sebuah pemahaman dan pemberian nama.

Baru pada evolusi sitem pendidikan 3.0 dan revolusi industri 3.0 sekitar tahun 1969 Masehi, Ki Hajar Dewantara mencetuskan tentang Mendidik Manusia sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya dan kodrat zamannya.

Saya yakin bahwa ada keterkaitan antara Teori Pembelajaran berbasis Pancaniti dan Maria Montessori yaitu terciptanya metode falsafah kesundaan yang dipraktekan leluhur kita dan tersebar ke seantero negeri di dunia mengingat ada situs 'Borobudur' yang tergali dan menjadi dasar pusat peradaban dan keilmuan leluhur kita, ditambah dengan ditemukannya situs piramid 'gunung padang' di Cianjur.

Sekali lagi tidak bermaksud menghubung-hubungkan namun memberikan bukti bahwa leluhur kita sudah kaya akan budaya, dialektika, etika, pendidikan dan lainnya yang harus kita sadari bahwa kita memiliki segala hal yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya.

Foto : Naskah Akademik Keterkaitan Teori Pancaniti dan Kontruktivisme Maria Montessori | dokumentasi pribadi
Foto : Naskah Akademik Keterkaitan Teori Pancaniti dan Kontruktivisme Maria Montessori | dokumentasi pribadi

Kedua falsafah dan teori tersebut pda gambar sejatinya bukanlah hal yang baru, namun memiliki makna yang mendalam ketika ditelusuri lebih lanjut dalam penerapanannya pada jenjang anak usia dini, mengingat kata pancaniti dan kelima tahapannya berbeda dengan jenjang berikutnya.

Berikut penjelasan dari keterkaitan Teori Model Pembelajaran Pancaniti dan Maria Montessori : 

1. Niti harti ( the absorbent & conscious mind )

Memiliki keterikatan/kesamaan yaitu tahapan menyerap informasi melalui proses mengamati : mengenal, melihat, mendengar, merasakan, membaca menurut pemahamannya dan kepekaan anak usia dini.

2. Niti Surti ( the sensitive periods, children want to learn)

Tahapan sensitif, keterkaitannya : setelah tahapan mengenal melalui penyerapan informasi (niti harti) peka dan mendalam ketika melakukan aktivitas juga memiliki ketertarikan dan kepekaan mendalam melalui rasa ingin tahu dan belajar dengan tahapan ingin membuktikan /anak-anak ingin belajar.

3. Niti Bukti ( learning through play)

Tahapan pembuktian dengan sikap dan perilaku anak usia dini yang identik 'mengcopy' apa yang dilihat dan didengar melalui proses belajar melalui bermain yang menyenangkan.

4. Niti Bakti (stages of development)

Tahapan berkaitan dengan konsep Tribakti (bakti ka diri, ka sasama, ka alam) : membaktikan apa yang di peroleh ketika sudah membuktikan, memiliki kesamaan yaitu perkembangan anak usia dini melalui bermain dan belajar secara kontekstual yang bermakna dan menyenangkan juga boleh mengulangi apa yang dipelajarinya.

5. Niti Sajati (encouraging independence)

Tahapan tertinggi dari sebelumnya dengan cara menceritakan kembali pengalaman, mengungkapkan perasaan, mendorong kemandirian anak usia dini dan memberikan reward/apresiasi.

Demikian keterkaitan antara kedua metode tersebut yang sudah saya kaji dan teliti prosesnya di sekolah dengan penggunaan kedua metode yang hampir sama persis adanya.

Penelitian saya lakukan ketika mengamati proses 'kaulinan budak' yang dulu saya alami dan prosenya ketika diterapkan di sekolah sehingga menghasilkan wawasan dan kesimpulan bahwa orang tua/leluhur kita zaman dahulu sangatlah memperhatikan proses pembelajaran dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Terbukti dengan ritual-ritual yang dilakukan seperti proses sebelum pernikahan (mulung mantu, penentuan tanggal, upacara adat pernikahan, kehamilan, 4 bulanan, 7 bulanan, kelahiran, puput puseur, ngayunkeun, tahapan mendidik anak dan lain sebagainya) yang bisa juga ada kaitannya dengan falsafah kesundaan lainnya.

Pancaniti adalah produk kebudayaan masyarakat Sunda yang telah ditemukan kembali di kabupaten Purwakarta dan semoga menjadi model pembelajaran yang terus bisa diterapkan dijenjang pendidikan yang ada di Purwakarta khususnya, selebihnya ditempat lain.

Salam Cinta Anak Usia Dini

Hana Marita Sofianti

Purwakarta, 18 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun