Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Eco-Enzyme Setetes Air dari Surga

8 Oktober 2021   19:19 Diperbarui: 8 Oktober 2021   22:04 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Eco-Enzyme merupakan cairan hasil fermentasi dari sisa organik buah/sayuran, air dan gula yang dihasilkan oleh mikroba untuk perbaikan kualitas lingkungan, kesehatan maupun pertanian" ( M.E-E/Bale Pancaniti/PUP TdBA)

Banyak sekali ilmu yang didapatkan ketika saya mengikuti PUP TdBA di Bale Pancaniti yang berlokasi di kediaman Bapak Kadisdik Kab. Purwakarta Dr. H. Purwanto M.Pd. 

Bagi yang sudah tahu tentang ulasan di atas sebaiknya untuk mengingatnya kembali maka tulisan ini saya dedikasikan untuk semua yang mengenal dan para pelatih supaya anti lupa kedepannya.

Sejarah Eco-Enzyme

Ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang telah melakukan penelitian selama 30 tahun dan pendiri dari Asosiasi Pertanian Organik, Thailand. Dr. Rosukon melakukan penelitian tersebut untuk tidak diperjualbelikan alias cuma-cuma dengan harapan semua orang tergerak untuk menyelamatkan planet bumi.

Seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia akhirnya eco-enzyme diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon hingga sampai kepada kita saat ini.

Saya pun mendapatkan ilmu ini pada pelatihan untuk pelatih yang salah satu pematerinya hadir pada acara yang diselenggarakan di Eropa, USA, Indonesia hanya 60 orang saja yang hadir saat itu.

Apa itu Eco-Enzyme?

Adalah sebuah cairan hasil proses fermentasi selama 90 hari atau 3 bulan dari sisa organik buah dan sayuran tertentu yang dicampur dengan gula merah/molase dan Air (air keran, air hujan, air buangan AC, dll). 

Foto : penanggalan Eco-Enzyme panen lebih dari 90 hari (Dokumentasi pribadi Hana Marita Sofianti)
Foto : penanggalan Eco-Enzyme panen lebih dari 90 hari (Dokumentasi pribadi Hana Marita Sofianti)

Alat & Bahan membuat Eco-Enzyme?

Sebelum membuatnya langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat & bahan yang dibutuhkan untuk membuatnya yaitu:

1 bagian gula/molase + 3 bagian sisa buah/sayuran + 10 bagian air (kode : 1. 3. 10 ) sebagai berikut:

  • Sisa buah/sayuran sebaiknya: belum dimasak/mentah, tidak kering/keras, tidak berlemak (seperti: daging alpukat, durian, kelapa, dan buah berlemak lainnya), tidak busuk, berjamur dan tidak berulat/belatung.
  • Gula yang boleh dipakai adalah: Gula Merah (gula tebu, aren, kelapa, lontar, dll), Molase (Limbah produksi gula putih) atau tetes tebu, Bukan gula pasir (karena banyak senyawa alami yang sudah hilang).
  • Air yang dibutuhkan dan boleh dipakai adalah Air Sumur, Air buangan AC, Air PAM, Air hujan, Air galon.
  • Alat yang dibutuhkan: wadah plastik bertutup, pisau dan talenan, timbangan, kertas lakmus atau pH Meter, TDS Meter, Alat tulis, botol bekas untuk hasil panen.
  • Wadah yang dapat digunakan adalah berbahan plastik (besar/kecil) , memiliki tutup bermulut lebar, tidak disarankan bermulut sempit, tidak diperbolehkan menggunakan wadah kaca karena rentan pecah.

Cara membuat Eco-Enzyme: 

  1. Pertama takar bahan dengan menggunakan timbangan untuk mendapatkan takaran yang tepat.
  2. Hitung volume wadah dengan jumlah air maksimal 60% dari volume wadah, misalnya volume wadah 100 liter maka jumlah air maksimal adalah 60 liter air = 60 kg air. 
  3. Cara menghitungnya: Tentukan jumlah air (jumlah air ÷ 10 = jumlah gula), (jumlah gula x 3 = jumlah sisa buah/sayuran).
  4. Sayuran/buah dipotong-potong dengan dicuci terlebih dahulu, usahakan gunakan sebanyak mungkin bahan buah/sayuran, diusahakan tidak terkena lalat karena akan memengaruhi hasil eco-enzyme.
  5. Bersihkan wadah dari sisa sabun atau bahan kimia, ukur volume wadah, masukan air bersih sebanyak 60% daru volume wadah.
  6. Masukan gula sesuai takaran, yaitu 10% dari berat dan volume air.
  7. Masukan potongan sisa buah/sayuran, yaitu 30% dari berat air lalu aduk rata.
  8. Setelah diaduk rata, tutup rapat lalu beri label tanggal pembuatan, simpan selama satu minggu lalu periksa.
  9. Setelah satu minggu jika wadah menggembung maka buka tutup wadah untuk membuang gas lalu diaduk, periksa kembali pada usia 3 minggu.
  10. Saat larutan berusia 3 minggu periksa dan amati, apakah bahan organik mengambang? Adakah larutan berwarna hitam dan berbau got? Apakah berjamur hitam, abu-abu, dan hijau? Atau ada lapisan jamur putih/coklat? Adakah lapisan seperti jeli ? 
  11. Ketika berusia 3 minggu jika bahan masih menyembul di atas cairan, maka diaduk kembali, jika ada belatung, berwarna hitam, berbau got, jamur hitam, abu-abu, hijau, lakukan perbaikan pada larutan dengan cara buang belatung/ulat, aduk rata, jemur wadah tertutup dibawah sinar matahari selama 30 menit selama 2-3 hari. 
  12. Periksa di hari ke-7 sejak penjemuran, jika masih bau got dan berjamur hitam, abu-abu, hijau beri gula/molase sesuai takaran awal, tambahkan waktu fermentasi selama 1 bulan.
  13. Jika terdapat lapisan jamur putih/coklat, tidak perlu diaduk karena fermentasi sudah berjalan dengan baik, apalagi bonus terdapat jeli atau disebut Mama Enzyme.

Foto : Proses Pembuatan Eco-Enzyme (Dokumentasi: PUP TdBA)
Foto : Proses Pembuatan Eco-Enzyme (Dokumentasi: PUP TdBA)

Jika usia sudah 30 hari wadah sebaiknya tidak diperbolehkan dibuka sama sekali apapun alasannya, biarkan mikroba bekerja dengan baik sesuai lingkungan anaerob (kondisi minim oksigen).

Jika sudah berusia 90 hari, maka eco-enzyme siap dipanen dengan cara disaring dan disimpan pada tempat wadah tertutup dan larutan ini tidak memiliki tanggal kedaluwarsa.

Larutan eco-enzyme yang baik adalah berwarna coklat, aroma asam yang segar tergantung dari bahan yang digunakan, pH di bawah 4,0 dan tidak terkontaminasi.

Jika fermentasi berjalan dengan baik larutan akan beraroma alkohol di bulan pertama dan berbau cuka setelah 3 bulan/panen.

Terkadang muncul lapisan jamur dan lapisan jeli mama enzyme yang merupakan koloni dari bakteri dan ragi yang bersimbiosis dalam larutan fermentasi, namun bukan patokan keberhasilan karena mama enzyme kadang tidak selalu muncul dan tidak semua orang mendapatkannya.

Jika mendapatkan lapisan mama enzyme maka siapkan wadah tertutup yang transparan, campurkan 1 bagian gula merah atau molase dengan 10 bagian air layak minum, aduk rata, masukan mama enzyme.

Tunggu selama 4 jam, jika mama enzyme tenggelam maka tambahkan sedikit molase hingga mama enzyme melayang, tutup rapat wadah. 

Simpan wadah berisi mama enzyme di kamar tidur atau ruang tamu/keluarga karena dapat memfilter udara.

Khusus untuk pengobatan sebaiknya berusia 6 bulan sejak tanggal awal pembuatan, untuk pertanian sebaiknya nilai TDS di atas 5.000 ppm.

Foto : Eco-Enzyme menggunakan molase (Dokumentasi: PUP TdBA)
Foto : Eco-Enzyme menggunakan molase (Dokumentasi: PUP TdBA)

Eco-Enzyme Setetes Air dari Surga

Banyak sekali manfaat dari ampas eco-enzyme ini diantaranya adalah membersihkan saluran kloset pada malam hari dengan diblender terlebih dahulu setelah dikeringkan, pengharum mobil, mengusir tikus, mengusir hama tanaman, pupuk tanaman organik, sebagai campuran kompos.

Manfaat larutan eco-enzyme sebagai resep modifikasi sabun cair, aromatik, mengobati luka, perawatan wajah, sanitizer, membersihkan makanan, meredam kaki, penghasil ion negatif, pengganti pemutih dan pelembut pakaian, dll.

Dapat dicampurkan dengan sabun pencuci pakaian, piring, filter udara, pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami, terpenting adalah menurunkan efek gas rumah kaca, dan lebih banyak lagi.

Oleh sebab itu eco-enzyme disebut setetes air dari surga karena dari satu tetes dapat berjuta manfaat darinya, saya sudah membuktikan itu semua dan mempraktikannya.

Eco-Enzyme juga merupakan cara untuk menyelamatkan bumi dengan mengurangi beban TPA akibat sampah organik yang dihasilkan oleh limbah dapur kita.

Sebanyak 60% sampah yang terbuang di TPA adalah sampah organik yang mengakibatkan banyak masalah, memicu pemanasan global, dan terjadinya bencana di bumi oleh sebab itu mari kita memilah dan memilih sampah, mulai memisahkannya di dapur rumah kita.

Sisa buah/sayuran yang masih bagus dapat kita buat eco-enzyme sedangkan yang busuk/tidak bagus dapat kita jadikan POC (Pupuk Organik Cair). 

Jika gagal membuatnya pun dapat digunakan untuk nutrisi tanaman atau dimanfaatkan sebagai pembersih dan penjernih got/air sungai.

Yuk! Mari kita jaga Bumi, Mulai dari dapur rumah kita! 

Salam 

Hana Marita Sofianti 

Purwakarta, 08 Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun