Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Model Pembelajaran Berbasis "Pancaniti" di Purwakarta

18 Juni 2021   02:51 Diperbarui: 18 Juni 2021   03:04 11739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Screenshoot by Konsep Dasar TdBA berbasis Pancaniti ( Dokumentasi TdBA)

" Pancaniti memiliki 5 tahapan proses pembelajaran, merupakan model pembelajaran yang sama dengan teori taksonomi bloom dan tujuan pendidikan versi UNESCO " ( Konsep Dasar TdBA)

Sebagaimana dalam artikel saya sebelumnya tentang Evolusi Sistem 4.0 Mendidik Manusia Seutuhnya , TdBA di Purwakarta berkonsep pada pelestarian SDA dan SDM.

Berikut konsep Pendidikan Karakter Integratif Tatanen di Bale Atikan (TdBA) : bersifat kodrati , Gerakan , Kesadaran hidup ekologis , merawat bumi , berguru pada bumi , kegiatan pembelajaran berbasis pancaniti , kegiatan pertanian berbasis permakultur.

Sama dengan tujuan Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman , bertakwa kepada Tuhan YME & berakhlak mulia , kebhinekaan global , mandiri , bergotong royong , kreatif dan bernalar kritis.

Setara dalam 21st Century Skills : Critical thinking skills , creativity , collaboration dan communication.

Semua itu terdapat tujuan yang sama bagaimana generasi bangsa memiliki life skill atau keterampilan dalam menghadapi masa depannya selanjutnya juga pada abad 21 sekarang ini.

TdBA memiliki peran penting dan dikembangkan dalam model pembelajaran berbasis Pancaniti di Purwakarta.

Apa itu Model Pembelajaran ? 

Merupakan seluruh rangkaian proses belajar mengajar secara langsung atau tidak , sebelum sedang dan sesudah yang meliputi semua aspek . ( Wikipedia)

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :

  • Memiliki lingkungan belajar
  • Teoritik logis dan rasional
  • Landasan pemikiran 5W + 1H
  • Tindakan atau tingkah laku mengajar agar semua tahapan di atas dapat berhasil.

Apa itu Pancaniti?

Pancaniti berasal dari bahasa Sunda yaitu 'Panca' artinya lima dan 'Niti' adalah undakan atau tangga bisa juga dikatakan tahapan.

Lima tahapan Pancaniti tersebut adalah :

1. Niti Harti : Merupakan proses mendengar, membaca, melihat dan mengamati sehingga menemukan masalah & mengerti tujuan yang di harapkan.

2. Niti Surti : Tahapan pemahaman dari semua yang ditemui dan diaplikasikan ke tahap berikutnya dengan cara memaparkan secara verbal, solusi brainstorming , dan rancangan rencana proyek.

3. Niti Bukti : Bentuk pola tingkah laku keseharian dan penerapannya sebagai based practice dengan cara mengumpulkan dan memilih sumber data, melaksanakan proyek, menyimpulkan dan menuliskan tahapan proyek tersebut.

4. Niti Bakti : Merupakan tahapan pemecahan masalah, pembuktian, mendesign & membuat ulang juga mengevaluasi dengan analisis perbandingan , kesimpulan, umpan balik dan proses perbaikan.

5. Niti Sajati : tahapan terakhir yang berdasarkan proses belajar, pengamatan, pengalaman yang terintegrasi dan menghasilkan ilmu baru yang tidak terbantahkan melalui penilaian diri, persentasi, penyusunan laporan dan publikasi media.

Sumber Foto Screenshoot by Konsep Dasar TdBA berbasis Pancaniti ( Dokumentasi TdBA)
Sumber Foto Screenshoot by Konsep Dasar TdBA berbasis Pancaniti ( Dokumentasi TdBA)
Model Pembelajaran Berbasis 'Pancaniti' di Purwakarta

Model pembelajaran yang terdapat landasan teoritis , terperinci, terealisasi berbentuk runtutan kegiatan awal dan akhir dari proses pemahaman, pengamatan, pelaksanaan, evaluasi dan pencapaian hasil.

Pembelajaran Pancaniti juga merupakan model yang berorientasi pada tahapan proses belajar yang harus dilalui peserta didik / siswa secara tertib dan menyeluruh.

Pancaniti juga setara dengan teori taksonomi bloom dan sebagaimana kita ketahui juga sama dengan tujuan pendidikan UNESCO.

4 diantaranya : Learning To Know, Learning To Do, Learning To Be, Learning To Live Together.

Mendapatkan pengakuan dunia versi UNESCO dan menjadi role model satu-satunya kabupaten di Indonesia yang memiliki pilar pendidikan cerdas berkarakter.

Menjadikan Kabupaten Purwakarta terus melaksanakan program Tatanen di Bale Atikan yang sudah memiliki bentuk legal sesuai dengan Perbup dan Perda.

Terselenggaranya IHT ( In House Training) pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Tentunya dengan jumlah SD sebanyak 409 sekolah yang terdiri dari 378 SD Negeri dan 31 SD Swasta.

SMP sebanyak 108 Sekolah, 58 SMP Negeri, 29 SMP Satu Atap ( Satap), 27 SMP Swasta.

Indikator ketercapaian model pembelajaran berbasis pancaniti ini adalah berbasis proyek, berorientasi pada proses pembelajaran bermakna, mandiri, dan produk nyata.

Baca juga dilansir dari Kompas.com :

" Pembelajaran Berkualitas Dibutuhkan untuk Bangun Kompetensi dan Keterampilan Abad 21 " ( Dwi Nur Hayati/ Kompas.com / Jumat, 06 Nopember 2020)

Tatanen di Bale Atikan dengan model pembelajaran pancaniti dan teknik pertanian berbasis permakultur sudah berjalan sejak tahun 2020.

Menjadikan lingkungan sekolah sebagai kurikulum dan model pembelajaran terbaik dengan memanfaatkannya untuk proses pembelajaran anak / peserta didik.

Juga sebagai laboratorium alam yang sudah tercipta dan tersedia dengan mudah dan diperlakukan secara cerdas , arif , bijaksana melalui proses tahapan model pembelajaran pancaniti. 

Menghasilkan peserta didik yang memiliki tribakti, bakti 'ka diri', bakti 'ka sasama' dan bakti 'ka alamna' (akan di bahas pada ulasan selanjutnya).

Tatanen di Bale Atikan bukan hanya sebuah bentuk program yang akan berhenti ketika panen namun merupakan sebuah program yang berprinsip berkeadilan, berkelanjutan dan berkearifan lokal.

Berkeadilan maksudnya memperlakukan dan memuliakan alam yang terdiri dari unsur tanah, air, udara, matahari dan makhluk hidup lainnya dengan penuh kasih sayang dan tidak mengeksploitasi.

Berkelanjutan, mampu menjadikan panen tidak hanya sampai di situ tetapi lebih kepada melakukan kembali pembenihan dan pembibitan melalui proses penyemaian dan menghasilkan genetika baru dari tatanen tersebut.

Berkearifan lokal adaah disesuaikan dengan keadaan dan kondisi kultur budaya dan lingkungan daerah masing-masing.

Tidak ada kata salah dan menyalahkan dalam TdBa ini, namun sebuah proses yang patut diapresiasi dan dimotivasi ketika pelaksanaan program ada yang gagal.

Model pembelajaran berbasis pancaniti merupakan tahapan yang tepat untuk diterapkan dalam proyek siswa pada program Tatanen di Bale Atikan.

Purwakarta sedang melaksanakan guna menyelamatkan alam / bumi, tanah, air, udara, matahari sehingga ekosistem akan kembali seimbang.

Bagaimana dengan kabupaten lain? 

Salam Cinta TdBA 

Hana Marita Sofianti 

Purwakarta, 18 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun