Indikator ketercapaian model pembelajaran berbasis pancaniti ini adalah berbasis proyek, berorientasi pada proses pembelajaran bermakna, mandiri, dan produk nyata.
Baca juga dilansir dari Kompas.com :
Tatanen di Bale Atikan dengan model pembelajaran pancaniti dan teknik pertanian berbasis permakultur sudah berjalan sejak tahun 2020.
Menjadikan lingkungan sekolah sebagai kurikulum dan model pembelajaran terbaik dengan memanfaatkannya untuk proses pembelajaran anak / peserta didik.
Juga sebagai laboratorium alam yang sudah tercipta dan tersedia dengan mudah dan diperlakukan secara cerdas , arif , bijaksana melalui proses tahapan model pembelajaran pancaniti.Â
Menghasilkan peserta didik yang memiliki tribakti, bakti 'ka diri', bakti 'ka sasama'Â dan bakti 'ka alamna' (akan di bahas pada ulasan selanjutnya).
Tatanen di Bale Atikan bukan hanya sebuah bentuk program yang akan berhenti ketika panen namun merupakan sebuah program yang berprinsip berkeadilan, berkelanjutan dan berkearifan lokal.
Berkeadilan maksudnya memperlakukan dan memuliakan alam yang terdiri dari unsur tanah, air, udara, matahari dan makhluk hidup lainnya dengan penuh kasih sayang dan tidak mengeksploitasi.
Berkelanjutan, mampu menjadikan panen tidak hanya sampai di situ tetapi lebih kepada melakukan kembali pembenihan dan pembibitan melalui proses penyemaian dan menghasilkan genetika baru dari tatanen tersebut.
Berkearifan lokal adaah disesuaikan dengan keadaan dan kondisi kultur budaya dan lingkungan daerah masing-masing.
Tidak ada kata salah dan menyalahkan dalam TdBa ini, namun sebuah proses yang patut diapresiasi dan dimotivasi ketika pelaksanaan program ada yang gagal.