Yang jadi permasalahan justru adalah sosok suami yang memiliki gaya hidup malas bekerja dan hanya mengandalkan sang istri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dengan terpaksa.
Tidak sedikit yang demikian, sehingga peran ayah merupakan peran taruhan dan sebuah nama semata di dalam keluarga. Baiklah saya tidak akan membahas itu semua.Â
Pembahasan atau ulasan akan saya sebutkan pada salah satu ibu anak didik saya, sebut saja namanya Bunga dan anaknya Cinta.
Bunga ini sudah menggantikan peran suaminya semenjak Cinta lahir, bahkan ketika didalam kandungan.
Sosok peran ayah yang hilang dari calon bayi Cinta dan sosok suami yang raib dari sang ibu Bunga, sungguh sangat berpengaruh pada awal hari-hari pertama mereka. Membuat Bunga berperan ganda, rangkap jabatan.
Tibalah Cinta lahir, dengan penuh kasih sayang Bunga pun mengurus Cinta tanpa kurang apapun. Semua kebutuhannya sebagai seorang ibu merangkap ayah dilakukannya sambil berjualan kecil-kecilan.
Saat Ibu Merangkap Jabatan di Rumah
Seperti manajemen tukang lotek, hehehe! Sosok Bunga mulai menyiapkan lapak dagangannya sendiri, memasak sendiri, mengurus Cinta sendiri, sampai ambil kayu bakar pun sendiri.
Bedanya dengan berita di Kompas.com di atas, sang istri rela menggantikan peran dan posisi suaminya karena sang suami sakit.
Sedangkan Bunga justru harus menggantikan posisi suaminya karena sudah tiada, meninggal. Sedih!
Saya yakin banyak sosok wanita seperti Bunga di dunia ini yang tetap tangguh menggantikan posisi suaminya tatkala anaknya membutuhkannya.