Sebuah keputusan yang tidak mudah ketika kita terjun kedalam dunia anak secara kebetulan atau pun kesengajaan.
Guru Paud adalah sebuah Profesi yang tidak seorang pun dapat menebak-nebak apa pekerjaan sehari-harinya.
Dibilang Lelah ya memang lelah, tetapi lelah itu tergantikan dengan Lillah. Ada kebahagiaan tersendiri ketika anak yang kita didik berhasil suatu saat nanti, dikemudian hari.
2. Menyenangkan bukan mengenyangkan
Sebagaimana kisah suka duka menjadi guru Paud, ketika kita di bayar atau digaji seminim mungkin pada awalnya.
Jika niatnya hanya untuk bekerja saja maka patokan terakhirnya adalah Rupiah sekian dan sekian. Maka itu bukan skala prioritasnya.
Tetapi tidak bagi saya khusunya, umumnya bagi semua guru Paud. Saya yakin ada yang berpengalaman dibayar Rp 50 ribu per bulannya ketika awal Paud booming pertama kalinya.
Pengalaman saya dulu pertama kali Paud berdiri identik dengan sekolah gratis bahkan tanpa pun gutan, tanpa iuran/bayaran SPP.
Seiring berjalannya waktu terbentuklah komite orangtua, sehingga gaji guru Paud saat itu di bawah Rp. 200 ribu per bulan
Jadi jika niatnya hanya mengenyangkan maka tidak akan menyenangkan. Sebaliknya jika niatnya menyenangkan secara psikologis sudah mengenyangkan.
3. Hujatan dimana-mana