Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan yang Jauh

13 Oktober 2020   17:08 Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:28 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita berjauhan bukan karena corona, kita terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Kita tidak pernah berkomunikasi lagi, karena nomor kontak beliau dan saya mungkin sudah berganti saat ini. 

Karena saat itu belum ada chat pribadi dan gadget belum secanggih seperti sekarang ini.

Tidak ada komunikasi sama sekali. Tidak ada kabar sapa seperti dulu lagi. Saya benar-benar kehilangan sosok F yang baik hati.

Ada yang menarik, saat saya dan F tidak ada kontak HP, kontak fisik, komunikasi atau intinya tidak bertemu sama sekali tetapi perhatiannya selalu tetap ada.

Iya, perhatiannya tetap ada dan nyata. Ketika saya berada dalam kondisi terpuruk sekalipun F selalu membantu, tanpa bertemu tanpa berkata, tanpa syarat. Kok bisa?!

Bisa! Dan itu adalah kisah nyata yang saya alami. Saya tidak tahu siapa yang memberitahukan kepadanya tentang apapun kondisi yang berkaitan dengan diri saya pribadi ataupun sekolah yang saya kelola.

https://canva.me/ (Koleksi Pribadi)
https://canva.me/ (Koleksi Pribadi)
Saya jadi ingat kata-kata beliau sesaat sebelum pindah dan pergi :

"Berkontribusilah walaupun kamu hanya memiliki secuil ilmu". (F)

Sudah 15 Tahun lamanya persahabatan yang jauh ini terjalin, tanpa suara, tanpa kata-kata, tanpa sapa, tanpa mengapa.

Seperti hantu, antara ada dan tiada. Disebut ada tetapi tidak ada, disebut tidak ada tetapi selalu ada. Entahlah! 

Ingat ketika dulu beliau memberikan bungkusan makanan langsung dari tangannya sendiri dan meminta saya untuk memakannya didepannya bersama.

Ini bukan tulisan tentang cinta yang picisan, tetapi tentang sebuah cinta persahabatan yang mengerti kapan harus ada dan berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun