Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Bejo", Sosok Inspiratif di Purwakarta

12 Oktober 2020   18:43 Diperbarui: 15 Oktober 2020   09:01 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya ketika berusia masih muda dan produktif, beliau adalah seorang yang bekerja di sebuah Bank yaitu Bank Bumi Daya yang berlokasi di Jakarta pada Tahun 1975 sampai beliau pun berhenti dan pindah ke Purwakarta dan menjadi loper koran.

Tidak berkisah banyak lagi tentang pribadinya, beliau mengisahkan bahwa dulu pertama kali sebelum menjadi loper koran beliau pernah ikut-ikutan dan hobi membaca dan menulis berita dengan seorang wartawan dari koran Pelita yaitu Bapak Iyan.

Pak Bejo yang sedang mengantar koran. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pak Bejo yang sedang mengantar koran. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Entahlah sekarang Bapak Iyan ada dimana, mengingat gedung kembar yang sekarang posisinya sudah menjadi Museum di Purwakarta. Kata beliau.

Memang di artikel saya ketika pertamakali ditulis di Kompasiana sebelumnya pernah menginformasikan bahwa gedung kembar dulunya adalah tempat pendistribusian koran.

Dia berkisah bahwa ketika kepemimpinan bapak Bupati Dedi Mulyadi S.H, yang menata kota Purwakarta membuat perubahan yang sangat besar dan menata kota Purwakarta dengan indah, termasuk basecamp untuk koran katanya.

Bapak Bejo hidup sebatang kara di Purwakarta, beliau tinggal di sebuah kontrakan dan mencoba bertahan hidup di sana, di Kampung Karang Anyar RT 007/ RW 002 Kelurahan Nagri Tengah Kec. Purwakarta Kab. Purwakarta.

Profesi yang sangat langka dan jarang ada orang yang berminat, karena sekarang sudah jaman digital jadi peminat koran itu juga sangat langka, kata beliau lagi.

Yang menjadi saya terharu adalah kecintaan dan hobi beliau terhadap membaca dan mempertahankan apa yang beliau geluti tersebut.

Di usia kepala tujuh dengan tubuh yang masih kelihatan segar dan sehat serta tidak mengeluh, terus berjuang dengan apa yang dia kerjakan sejak belasan tahun silam, semangatnya patut di acungi jempol dan menjadi contoh bagi kita.

Sebuah tulisan artikel saya temukan juga di Kompasiana sebagai berikut :

"Loper Koran, Ujung Tombak yang Kian Tergerus Zaman" (www.kompasiana.com)

Antara penting dan tidak penting, butuh tidak butuh, mau tidak mau, bahwa sebuah media awalnya adalah dicetak dan disebarluaskan, walaupun sekarang telah berubah menjadi sebuah sarana digital tidak ada salahnya kita tetap menghargai dan mewarisi versi lamanya untuk sekedar penghargaan terhadap sejarah penulisan dan berita serta profesi langka ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun