"Seorang Loper Koran adalah yang mengantarkan koran atau surat kabar kepada langganannya" (Wikipedia)
Senin pagi, (12/10) ketika sampai pada sebuah Jalan Veteran Gang Kenanga saya berjalan menuju sebuah tempat sekretariat organisasi mitra anak usia dini yaitu Himpaudi Kabupaten Purwakarta.
Rencana saya adalah sebagai Founder hendak menemui ketua Himpaudi Kabupaten (PD) Purwakarta untuk agenda kelas menulis berikutnya di Komunitas Menulis Guru Paud, mengingat peminatnya yang terus bertambah.
Saat memasuki gang, mata saya menuju sosok yang membuat saya berhenti berjalan dan mengamatinya, lalu tertegun dan sedikit mengerutkan dahi dan timbul pertanyaan-pertanyaan di hati.
Dia berjalan kaki dengan menggunakan masker dan membawa sebuah tas berisikan surat kabar/koran.
Sosok inspiratif itu adalah Bapak Bejo Purnomo seorang penyebar atau pengantar surat kabar yang sudah menggeluti dunia Loper Koran sekitar 15 tahun yang lalu.Â
Pria berusia 73 Tahun silam, Kelahiran Cilacap 23 Maret 1947 tersebut berhasil saya sapa dan dengan sedikit berbincang-bincang sikap kepo alias penasaran atau keingintahuan saya mulai muncul. Saya pun izin meminta foto beliau dan diperbolehkan.Â
Ketika berbincang saya mengajukan beberapa pertanyaan yang membuat beliau senang sekali untuk menjawabnya. Beliau kira saya adalah seorang wartawan,hihihi.
Saya pun menjawab bahwa saya bukanlah wartawan, namun apa yang bapak kerjakan adalah sebuah pekerjaan mulia dan tidak semua orang mau menjalankannya, saya kagum.
Di usia yang sudah tidak muda lagi beliau pun menceritakan bahwa sampai saat ini peminat surat kabar atau koran itu sangat langka.Â
Karena usia juga beliau sudah tidak mampu lagi mencari pekerjaan lain juga.
Awalnya ketika berusia masih muda dan produktif, beliau adalah seorang yang bekerja di sebuah Bank yaitu Bank Bumi Daya yang berlokasi di Jakarta pada Tahun 1975 sampai beliau pun berhenti dan pindah ke Purwakarta dan menjadi loper koran.
Tidak berkisah banyak lagi tentang pribadinya, beliau mengisahkan bahwa dulu pertama kali sebelum menjadi loper koran beliau pernah ikut-ikutan dan hobi membaca dan menulis berita dengan seorang wartawan dari koran Pelita yaitu Bapak Iyan.
Memang di artikel saya ketika pertamakali ditulis di Kompasiana sebelumnya pernah menginformasikan bahwa gedung kembar dulunya adalah tempat pendistribusian koran.
Dia berkisah bahwa ketika kepemimpinan bapak Bupati Dedi Mulyadi S.H, yang menata kota Purwakarta membuat perubahan yang sangat besar dan menata kota Purwakarta dengan indah, termasuk basecamp untuk koran katanya.
Bapak Bejo hidup sebatang kara di Purwakarta, beliau tinggal di sebuah kontrakan dan mencoba bertahan hidup di sana, di Kampung Karang Anyar RT 007/ RW 002 Kelurahan Nagri Tengah Kec. Purwakarta Kab. Purwakarta.
Profesi yang sangat langka dan jarang ada orang yang berminat, karena sekarang sudah jaman digital jadi peminat koran itu juga sangat langka, kata beliau lagi.
Yang menjadi saya terharu adalah kecintaan dan hobi beliau terhadap membaca dan mempertahankan apa yang beliau geluti tersebut.
Di usia kepala tujuh dengan tubuh yang masih kelihatan segar dan sehat serta tidak mengeluh, terus berjuang dengan apa yang dia kerjakan sejak belasan tahun silam, semangatnya patut di acungi jempol dan menjadi contoh bagi kita.
Sebuah tulisan artikel saya temukan juga di Kompasiana sebagai berikut :
"Loper Koran, Ujung Tombak yang Kian Tergerus Zaman" (www.kompasiana.com)
Antara penting dan tidak penting, butuh tidak butuh, mau tidak mau, bahwa sebuah media awalnya adalah dicetak dan disebarluaskan, walaupun sekarang telah berubah menjadi sebuah sarana digital tidak ada salahnya kita tetap menghargai dan mewarisi versi lamanya untuk sekedar penghargaan terhadap sejarah penulisan dan berita serta profesi langka ini.
Mengapresiasi apapun bentuk dari informasi berupa literasi ataupun berita di media adalah hal yang positif, apalagi di tengah pandemi, karena sebelum pandemi pun daya minat baca dan pembeli koran sudah menurun dan berkurang.
Kurang lebih 10-15 menit saya berbincang dengan beliau, dan ketika saya hendak membeli surat kabar harian Kompas, beliau bilang sudah habis dan ini sisanya (gambar di foto utama) sudah ada yang pesan karena sedikit permintaan dan peminatnya.
Semoga dengan bertemunya saya dengan beliau menambah semangat saya dalam menulis dan berkarya walaupun pertemuan hanya selewat saja, karena inspirasi bisa datang dari mana saja, dijalan ataupun didepan mata memandang.
Diakhir cerita tulisan ini saya pun mempersilahkan beliau untuk melanjutkan pekerjaannya, dan saya akan memesan koran kepada beliau juga dikemudian hari dengan menyimpan nomor kontaknya.
Tiba waktunya saya bertemu dengan ketua Himpaudi dan hari ini kita berkeliling untuk membuat sebuah perubahan untuk komunitas kami, para guru PAUD di Purwakarta ini. (Program dan Kegiatan ini akan saya tulis kembali di artikel selanjutnya).
Semoga bapak Bejo Purnomo tetap selalu sehat dan bertambah pelanggan serta rezekinya. Insya Allah kita bertemu lagi dilain waktu.
Salam. Emak-emak Kepo.
Purwakarta, 11 Oktober 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H