3. Sombong
Tidak sedikit yang telah mencapai titik pendidikan tinggi akan merasa sombong dan merasa paling bisa hanya karena dia bertitel A atau B, sehingga berakibat fatal dan berdampak bagi dirinya dan karirnya sendiri. Kalau sudah begini, kan berabe .
4. Gila Hormat
Banyak yang bertitel juga merasa gila hormat sehingga tidak ada yang lebih tinggi derajatnya selain dia yang artinya derajat yang lain minus celcius alias beku.
Tujuan dia bisa gila hormat adalah hanya untuk memamerkan titel dan memuji dirinya sediri untuk mencapai tujuannya sediri dan demi kepuasannya sendiriÂ
5. Cari Muka
Kerja berasa masih kuliah, mungkin karena masih hangat-hangat tai ayam keluar dari perkuliahan dan universitas atau sekolah tinggi yang sejatinya mengejar sebuah nilai itu harus di perjuangkan. Contohnya cari muka terhadap dosen tertentu, sehingga penerapan aplikasinya ketika dia bekerja di tempat tertentu hanya untuk cari muka dan parahnya menjadi seseorang penjilat kelas kakap. Ini akan menjadi masalah baru bagi rekan kerja lama yang memang sudah berdedikasi untuk perusahaan yang bekerja keras dan setulus hati.
6. Sikut - menyikut
Ada lagi si lulusan sarjana itu akan merasa sikut - menyikut atau tikung - menikung untuk mendapatkan jabatan atau kepercayaan tertentu dalam dunia kerja barunya, hal ini mungkin dikarenakan ekspektasi tidak sesuai realita, praktek tidak semudah teori, walaupun mereka menghafal teori banyak-banyak tetapi percayalah tidak semua teori cocok ataupun pas di lapangan, maka dari itu seseorang sebelum di lulus kan menjadi pakar di bidangnya itu harus melewati masa uji kompetensi atau magang, hal ini tidak menjamin karena magang dan pengalaman tentu sangat berbeda.
7. Demo
Mereka sudah biasa bersuara lantang dan jiwa berontaknya tetap hadir dimana pun mereka berada di karenakan jiwa muda yang labil dan memiliki ego serta idealis menjadi faktor tidak selamanya lulusan S1 itu baik untuk lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Terbukti dengan banyaknya sarjana yang bekerja tidak sesuai kualifikasi pendidikannya sehingga akhirnya akan menimbulkan sekat - sekat dan ketidak mengertian akan membuat mereka harus terpaksa menjalani pekerjaan itu karena faktor kebutuhan dan lebih parahnya lagi tidak sedikit juga dari mereka menjadi pengangguran serta pengangguran itu tidak di tanggung oleh negara. Untuk kasus ini masih ingatkah dengan wacana yang di kampanyekan oleh calon Presiden kita dulu bahwa siapapun orang lulusan anu dan anu dapat gaji dari negara sebelum bekerja, bukankah ini memunculkan masalah baru dari permasalahan yang sudah ada? Rakyat akan merasakan tidak adilnya hal ini apabila memang terjadi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!