Mohon tunggu...
Hana Lestari
Hana Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengarang

Suka mengekspresikan diri lewat tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku yang Hampir Padam

5 Desember 2022   15:03 Diperbarui: 6 Desember 2022   08:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berangkat ke kampus dibonceng oleh Yura---teman sekelasku. Sebab aku tidak bisa mengendarai motor. Lihatlah, bukan hanya tidak good looking, aku juga beban teman.

"Senyum-senyum mulu. Ada apa, nih?" tanya Yura dengan nada penasaran.

Aku menggeleng. "Enggak apa-apa. Lagi seneng aja." Kupeluk pinggangnya dengan erat. Rasanya, sungguh menyenangkan ketika kita sudah berdamai dengan ketidaksempurnaan. Insecure atau rasa tidak percaya diri adalah hal yang wajar dan manusiawi. Setiap orang pasti pernah mengalaminya. Poin pentingnya adalah bagaimana caranya kita mengubah rasa insecure itu menjadi motivasi agar lebih baik dan bersyukur lagi. Jika memang manusia diciptakan untuk tidak sempurna, maka biarkan diri ini yang menyempurnakannya.

Dalam surat At-Tin ayat 4, Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".

Kelopak mataku terpejam. Menikmati udara dingin sehabis hujan yang membelai wajahku. Perjalanan kami menuju kampus berjarak tiga kilo meter dari rumah.

Orang-orang di kampus melabeliku sebagai penulis. Padahal, aku merasa belum pantas disebut penulis sebab masih perlu banyak belajar. Namun, satu hal yang aku syukuri adalah aku berhasil membuktikan pada orang-orang di luar sana. Bahwa untuk menjadi bintang tak selalu harus tampak cantik di luar. Aku yang dulunya hampir padam ini berhasil membuat perempuan-perempuan di sekitarku sadar bahwa perempuan bukan hanya objek yang dinikmati kecantikan dan kemolekannya saja. Perempuan juga punya hak menjadi subjek. Menjadi agen perubahan lewat karya yang dibuat. Aku tidak harus cantik untuk dikenal orang. Karena orang-orang yang mencintai karyaku tidak butuh itu. Mereka mencintaiku seperti mereka mencintai karyaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun