Mohon tunggu...
Hana Lestari
Hana Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengarang

Suka mengekspresikan diri lewat tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku yang Hampir Padam

5 Desember 2022   15:03 Diperbarui: 6 Desember 2022   08:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama tiga tahun mengenyam pendidikan di SMA, hampir tak pernah aku mendapati momen menyenangkan. Aku lebih sering sendiri.

Tibalah pada puncaknya. Hari kelulusan SMA menjadi hari terburuk saat itu. Mereka enggan foto bersama denganku. Entah apa sebabnya. Hatiku berontak. Rasa marah dan kecewa mendominasi sampai aku nyaris hilang kendali. Aku benci memiliki wajah yang tidak cantik. Aku benci gigiku tidak rapi seperti teman-teman. 

Aku benci saat kecerdasanku justru menjadi salah satu alasan mereka menjauh. Teman-teman yang begitu manis perangainya ketika di depanku, ternyata menjadi musuh dalam selimut. Teman-teman saja tidak mau dekat denganku, bagaimana dengan pasanganku kelak? Pasti dia akan merasa seperti sedang mimpi buruk karena dapat jodoh yang jelek seperti aku. Aku sampai berpikir seperti itu.

Sampai aku tiba di titik paling rendah, rasanya aku ingin mengakhiri hidup. Berkali-kali aku mencoba melukai diriku sendiri dengan benda-benda tajam di sekitarku. Aku sungguh membenci diriku sendiri. Aku memendam semua perasaan itu sendirian. Tidak ada support system. Aku benar-benar tertutup.

Aku memutuskan gapyear dan berencana kuliah di tahun selanjutnya. Aku fokus membantu kakakku bekerja mengurus konter. Selama itu pula, aku banyak merenung. Memikirkan bagaimana caranya agar aku dihargai dan diterima.

Saat itu, aku iseng menulis novel di sebuah platform. Kala itu, aku mencoba mempromosikan karyaku pada teman-teman yang hobi membaca. Namun, tidak mendapat respons baik.

 Hingga suatu ketika, tidak kusangka aku mendapat respons yang luar biasa dari para pembaca. Salah satu komentar yang masih kuingat sampai saat ini adalah, "Novel Kakak bagus. Terima kasih ya, Kak. Setelah membaca novel karya Kakak, aku jadi termotivasi untuk selalu mengenakan hijab saat keluar rumah.". Hatiku terenyuh kala itu. Tidak pernah terpikirkan bahwa apa yang aku tulis berdampak besar atas perubahan diri dari pembacaku. Secara tidak langsung, aku mengajaknya untuk memperbaiki diri.

Akhirnya, aku memutuskan untuk lebih fokus mengembangkan tulisanku. Bukan hanya sebagai hobi. Namun, juga berdakwah lewat tulisan. Rasa tidak percaya diri yang sempat aku alami perlahan terkikis. Berganti dengan semangat mengejar mimpi. Menjadi penulis yang bermanfaat yang karyanya selalu dikenang dan berkesan di hati pembaca.

*****

Pintu kamar diketuk dengan tidak sabaran membuat lamunanku buyar seketika. "Ajeng, udah ditunggu temanmu, tuh, di depan," seru Ibu terdengar nyaring.

"Iya, sebentar." Aku bergegas merapikan hijab yang kukenakan seraya memasukkan ponsel ke dalam totebag. Kali ini aku mengenakan gamis abaya hitam dengan hijab pashmina berwarna krim. Tidak lupa dengan masker yang senantiasa menutupi sebagian wajahku setiap kali ke kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun