Mulai dari hal kecil seperti mencuci tangan sebelum makan dengan tahapan yang telah dianjurkan, tidak mengambil bahkan memakan makanan yang sudah terlanjur jatuh, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan kebersihan. Hal buruknya, banyak sekali korban yang berguguran, membludaknya sampah masker dan alat lain yang berfungsi sebagai pelindung diri, pun juga maraknya korupsi uang rakyat yang seharusnya dibagikan sebagai bantuan sosial sebab isolasi diri di rumah.Â
Selain itu, di masa pandemi ini, terciptalah sebuah peraturan dari pemerintah guna mencegah penularan antar sesama melaui sistem PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Awal masuknya Covid-19 di Indonesia, pemerintah memutuskan untuk meliburkan seluruh jenjang pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi selama dua minggu, guna mengurangi intesitas penduduk dalam penularan virus tersebut.Â
Namun melihat angka korban yang semakin meningkat, membuat libur yang hanya dua minggu saja itu berlarut hingga hampir dua tahun lamanya. Lalu, bagaimana dengan pembelajaran di sekolah semasa pandemi berlangsung?Â
Pada titik inilah semua dituntut untuk melek teknologi, ketika kebanyakan guru yang sudah diumur yang lanjut usia mayoritas masih gagap teknologi, dimasa inilah mereka dikenalkan oleh kehidupan virtual.
Media sosial berperan penting dalam pembelajaran dimasa pandemi. Sekolah tatap muka belum memungkinkan. Melihat virus Covid-19 yang penyebarannya semakin meluas, maka, para murid dan guru pengajar melakukan pembelajaran sehari-hari melalui tatap layar.Â
Mayoritas menggunakan google meet atau biasa disebut dengan gmeet sebagai media guru dalam menjelaskan materi kepada murid. Pun juga murid yang presentasi, kini mereka menggunakan sharescreen, salah satu fitur yang ada pada gmeet. Sharescreen berguna untuk membagikan layar powerpoint atau tampilan layar yang diinginkan untuk ditunjukkan kepada audience yang masuk pada gmeet tersebut. Â
Pada pengumpulan tugaslah, peran media sosial mulai bekerja. Guru acapkali mengasah kemampuan siswa siswi dalam mengedit video atau membuat sebuah poster bahkan artikel berdasarkan tugas yang diberikan, lalu diposting ke media sosial. Tentu hal ini bermanfaat, yang pertama siswa siswi semakin kreatif dalam mengembangkan tugas.Â
Jika dikerjakan secara manual (sekolah tatap muka) tugas tersebut pasti terasa membosankan dan terkesan monoton, namun kini, tugasnya tampil menarik dengan berbagai video kreatif dalam penjelasan mereka akan materi yang ditugaskan.Â
Selain itu, hal ini juga berpengaruh positif kepada penonton video yang tentunya bermanfaat tersebut, dengan begitu, kita sudah melaksanakan salah satu point bagaimana cara penggunaan media sosial dengan baik dan benar, yaitu dengan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada orang-orang. Terlebih lagi, kini guru yang awalnya gagap teknologi mulai bisa mengopersionalkan sesuatu yang awalnya mereka anggap remeh dan menjadi alasan murid atau bahkan anaknya sendiri malas belajar. Pembelajaran video melalui Youtube juga semakin marak.Â
Dengan begini, siswa siswi tidak perlu melakukan les yang mondar mandir sepulang sekolah hingga larut malam, karena media sosial sudah banyak menampungnya. Meskipun tidak dipungkiri ada dampak buruknya, yaitu finansial keluarga yang strata sosialnya menengah kebawah dalam pembelian media pembelajaran seperti laptop maupun telepon genggam yang canggih masih acapkali belum memenuhi. Terutama untuk siswa siswi yang rumahnya berada dipedalaman, atau desa yang terpencil jauh dari kota.Â
Namun, di zaman yang melek teknologi ini, sudah seharusnya kita berbondong-bondong untuk mengolah media sosial sebaik mungkin. Dan bersyukur dengan adanya media sosial ini sebagai wadah, pembelajaran selama pandemi masih bisa terlaksanakan dengan baik.