Kalau sudah cinta ya tetap cinta. Meski Kiko meninggalkan Jackie, gadis itu mengejarnya, karena dia tahu kalau mereka sebenarnya saling mencintai. Awalnya, Kiko menolak untuk kembali, tapi setelah dia pikir-pikir, dia harus memperjuangkan cintanya. Dan, alasannya tersebut sangat mengharukan. Saya sampai meneteskan air mata, karena berhubungan dengan keluarga juga. Keharuan saya pun bertambah saat Kiko menangis ketika ibu kandungnya yang suka judi dan berkencan dengan banyak pria itu menyuruhnya untuk mencuci baju, membuat kopi, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Lalu, sambil menangis, Kiko berkata, “Sampai kapan aku menjadi seorang anak?” Dia bukannya lelah melakukan pekerjaan rumah tangga atau mencuci celana adik perempuannya yang sedang menstruasi, tapi ah… coba tonton filmnya saja, agar keharuan lebih terasa.
Di hampir akhir cerita, status Kiko dan walikota yang sebenarnya juga terungkap. Mereka pun akhirnya berbaikan setelah Marcus dan dirinya berebut Jackie. Lagi-lagi, ada sesuatu yang mengharukan di sini, tentang hadiah dari Jackie untuk Marcus. Karenanya, Marcus ikhlas melepas Jackie untuk Kiko.
Saya tidak tahu berapa rating film ini berdasar situs tertentu. Namun, saya rasa layak jika diberikan 7,5. Ceritanya sederhana, tapi banyak hal bermakna di dalamnya. O ya, film ini akan ditayangkan di Indonesia, tapi belum pasti kapan tepatnya. Semoga mendapat ratingtinggi, karena selain konfliknya terasa nyata, setidaknya tidak membuat penonton menyukai sinetron di mana protagonis dibuat benar-benar tidak berdaya terhadap antagonis. Seakan-akan seperti cara berbuat jahat pada orang lain lebih diminati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H