Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Be(lie)ve [Chapter 2: Melancholy Man]

10 April 2017   17:58 Diperbarui: 11 April 2017   02:00 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Setelah menghabiskan makanannya, Aileen masih enggan beranjak. Di sana dia merasa nyaman. Tata letak ruangannya sederhana, dengan meja super panjang serta kursi-kursi di dekat pintu. Lalu, di depannya banyak meja bundar dengan empat kursi yang sama, bercat kuning di bagian atas dan merah di bagian bawah. Gadis itu duduk di dekat tembok, di mana tertempel wallpaper hutan Bambu yang begitu nyata. Saat menatapnya, dia seperti ada di Cina. Dan, aroma kopi yang wangi juga alunan musik klasik semakin membuatnya betah di sana.

            Keramahan dan pelayanan yang cepat dari Fusion Café membuat Aileen memberikan nilai tambahan pada tempat makan siangnya, yang dilakukan jam tiga sore ini. Namun, yang terpenting adalah kehalalannya.

            Dua puluh menit menjelang kafe ditutup, Aileen akhirnya keluar.

            Ketika gadis berkuncir kuda itu akan menaiki sepeda, dia tidak sengaja melihat sesosok pria yang berada di seberangnya. Atau, lebih tepatnya yang sedang terduduk sendirian sambil memakan makanannya di The Loading Zone, restoran milik Deakin University juga.

            Apa menariknya memerhatikan orang lain yang sedang makan saat perutmu tidak lapar? Aileen pun tahu itu. Namun, ada hal lain pada pria itu. Berbeda dari lainnya, pria itu terlihat sangat murung dan tidak bersemangat saat menyantap makanannya.

            Lagi punya banyak masalah kali ya orang itu? Kayaknya mahasiswa master Deakin juga. Semoga pas aku skripsi nanti nggak sampai segitunya.

            Semoga-semoga yang lain masih memenuhi benak Aileen. Pasalnya, dia berkuliah di sini menggunakan beasiswa dan itu berarti nilai akademiknya harus stabil atau hal terburuk akan terjadi.

            Lamunan gadis berumur 23 tahun itu harus terhenti saat klakson mobil memekakkan telinganya. Dia menoleh lantas berkata, “My deeply apologize.” Dia melakukannya sambil mengatupkan kedua tangan.

            “It’s okay, girl. Be careful, please!” respons salah satu penumpang seraya melongokkan kepala dari dalam mobil setelah gadis itu meminggirkan sepedanya.

            Mobil yang berisi pemuda-pemuda bule itu menjauh dari pandangan Aileen.

            Sebenarnya, tempat berikutnya yang akan Aileen datangi adalah Deakin Prayer Room, yang berhadapan dengan tempatnya sekarang. Namun, dia rasa lebih baik segera pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun