Sambil terus mengawasi kedatangan angkot yang biasanya ada setiap setengah jam itu, Aileen teringat percakapannya dengan Sesha dan Marinta tempo hari di rumahnya. Kedua temannya itu sebenarnya juga minat untuk kuliah di luar negeri. Sayangnya, orangtua mereka tidak mendukung.
Sesha adalah anak tunggal di keluarganya dan sudah mempunyai tunangan. Mereka berdalih kalau gadis itu pergi jauh, akan ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Sementara Marinta, tugas menjadi tulang punggung akan segera dia emban begitu lulus kuliah. Ayahnya yang sakit-sakitan dan ibunya yang hanya bekerja sebagai karyawan puskesmas, tentu saja memerlukan banyak biaya untuk berbagai kebutuhan. Ditambah lagi adiknya yang tidak lama lagi masuk universitas.
“Tlogomas, pak!” Aileen berteriak seraya berlari mengejar angkot. Namun, kendaraan umum berwarna biru itu terus melaju. Gadis itu bukan pelari yang handal, jadi dia menyerah untuk berlari. Dia berhenti dengan banyak air hujan yang memasuki Crocs coklatnya.
Oh, mungkin tadi bapak itu bilang mau pulang, nggak narik lagi, batin Aileen. Menerka perkataan sopir yang tadi tidak begitu didengarnya ketika melawatinya yang sedang melambai-lambaikan tangan sebagai isyarat ‘ikut.’
Gadis itu kini berada di dalam gang, persis di depan tukang gorengan. Tidak lama setelahnya, dia melepas Crocs-nya dengan kaki untuk membuang air yang masuk sambil mengembuskan napas berat. Bukan karena lapar, tapi ingin segera sampai rumah. Udaranya dingin dan dia lelah setelah seharian di kampus.
Buliran bening tahu-tahu keluar dari mata Aileen tanpa permisi. Gadis itu sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Apakah dia mulai mengeluh atas proses ini? Di sekitar tempatnya berdiri, hanya dia yang berada di luar ruangan. Dan, dia pun membayangkan betapa nyamannya Sesha dan Marinta yang sedang bermalas-malasan di tempat tidur dengan selimut yang menghangatkan tubuh mereka.
Kalau kamu dapat beasiswa, ada dua hal sekaligus yang bisa kamu dapatkan. Pembuktian ke saudaramu yang sombong itu dan bertemu seseorang. Jadi, kalau mau tercapai, usaha itu harus!
Tanpa sadar Aileen mengangguk atas batinannya sendiri. Padahal, itu semua karena logikanya telah bangkit, mengalahkan sisi melankolis yang ada dalam dirinya. Gadis itu lantas mengusap air matanya dengan punggung tangan.
Semangat gadis berpotongan tanggung itu membuat dirinya tidak merasakan berapa lama angkot selanjutnya datang. Yang dia tahu, sudah menunjukkan pukul setengah enam saat dirinya dalam perjalanan pulang.
Ibarat seorang Biksu yang mencari kitab suci di barat seperti dalam serial Kera Sakti, itulah perjalanan Aileen mencari beasiswa, panjang dan rumit. Rintangan-rintangan juga tidak mau kalah eksis. Namun, rintangan terberat menurut gadis itu adalah niat dalam dirinya yang terkadang turun serta celotehan teman sekadarnya dan saudara yang tidak sengaja tahu rencananya.