Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hortensia [Side Story of Broken Youth novel]

3 September 2016   16:15 Diperbarui: 3 September 2016   16:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Maka, beberapa saat kemudian, Rin beranjak dari sana tanpa mengatakan apa pun. Baru saat memunggungi Namie, ia bilang, “Yang utama adalah selalu berhati-hatilah.”

Sepasang kaki berpantofel itu terlihat bimbang untuk menopang tubuh pemiliknya berdiri. Namun, lebih tepatnya adalah otak dan mulut belum siap bekerja. Mereka bingung harus menjelaskannya dari mana. Sebagai pemecahannya, hati pun bertindak.

Namie mengejar Rin agar bisa memboikot langkah pemuda Okumura itu. Agak kesulitan, karena langkah seseorang di depannya lebar-lebar. Gadis itu pun terpaksa memanggil namanya. Walau Rin tidak berhenti, setidaknya sekarang ia melambatkan jalan.

“Kau ingat tidak gara-gara membelaku saat Shigeru memarahiku, nyawamu juga hampir melayang, karena tembakan itu? Dan, aku tidak ingin itu terjadi lagi padamu. Biarlah kali ini aku sendiri yang melawan orang-orang itu.” Namie lantas mengguncang bahu Rin agar menatapnya. “Aku memang salah, seharusnya aku memberi tahumu agar tidak salah paham. Tapi, Rin, aku yakin kalau kau tidak akan pernah meninggalkanku, jadi jangan memaksakan diri untuk berada di sampingku. Dukung saja aku dari belakang, kita semua akan sama-sama selamat.”

Kedua pasang mata anak SMA Horikoshi itu bertemu dalam keheningan, namun seolah memberikan pengertian satu sama lain, bahwa setelah ini jangan ada lagi pertengkaran.

***

Dua hari setelah kejadian di halaman belakang sekolah, Namie dan Rin tampak canggung dengan berpura-pura tidak melihat saat salah satu dari mereka kepergok tengah memerhatikan. Mereka sendiri tepatnya tidak tahu apakah sudah resmi berdamai atau belum.

Kalau saja ada momen yang pas seperti hari ini, Rin ingin mencoba mendekati Namie lagi dengan perbincangan-perbincangan sederhana. Sayangnya, ia dan gadis itu tidak ditakdirkan untuk menjadi satu kelompok.

Pelajaran Biologi kali ini tidak dilakukan dalam kelas, tapi di luar ruangan. Lebih tepatnya semacam study tour, karena mengunjungi pertanian pribadi yang indah milik Tokyo University di prefektur Fuchū. Rin ‘kan jadi punya jurus berbasa-basi dengan sekadar meminta pendapat tentang bagaimana suasana di sana pada Namie.

Pukul setengah sepuluh, murid-murid sudah berhamburan masuk bis yang terparkir di halaman sekolah, termasuk Namie dan kelompoknya. Sementara Rin masih berdiri di depan kamar mandi dekat pintu keluar untuk menunggu salah satu anggotanya. Mereka tahu kalau akan membuat guru yang akan mengabsen kelengkapan muridnya kebingungan, jadi harus setengah berlari untuk sampai di sana.

“Kau duluan saja, ya. Aku mau berbicara sebentar dengan Katsuro sensei,” ujar Rin setengah berbisik pada temannya. Ia pun ditinggalkan, dan urusan soal menanyakan di mana keberadaan Rin sudah tertangani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun