Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hukuman bagi Pengubah Takdir

8 Desember 2015   21:47 Diperbarui: 8 Desember 2015   22:14 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Apa kau suka menonton film romantis? Untuk kau yang suka, jangan iri padaku. Setiap pagi atau sore hari, aku disuguhi film yang digemari banyak orang itu secara gratis. Bahkan, aku sering terlibat dalam adegannya. Ya, walau bisa dikatakan, aku hanyalah pemeran pendamping, tapi, kalau aku tidak ada, pasangan kekasih atau suami-isteri tidak akan bisa memadu kasih dengan rona wajah yang bahagia. Atau, kalau lebih menjurus lagi, hadirnya aku di belakang mereka, membuat hidup mereka terasa lebih nyaman, bukannya seperti pihak ketiga lainnya yang akan menjadi pengganggu. Lagi pula, aku tidak akan mau menjadi pemeran antagonis. Di samping akan terlihat tidak cocok karena orang-orang berpendapat kalau imejku menenangkan, aku juga tidak bisa membayangkan kalau sampai menerima peran itu. Aku akan sangat melukai orang-orang, bukan hanya perasaan melainkan fisik. Oh, aku tidak suka darah! Aku suka air. Bukankah itu baik bagi pertumbuhan selain susu?

“Sudah tiga hari, ya, kau tidak menonton atau bermain film romantis?”

“Iya, kau benar. Ini menyebalkan, aku sudah kecanduan melakukan itu,” jawabku pada teman sejak kecilku. Kemudian, aku memberinya pertanyaan juga, “Lalu kau, apa kau juga kesal karena orang-orang tidak lagi meringankan bebanmu?”

“Iya, ini sudah sangat berat. Tapi, mau bagaimana lagi? Keadaan ini membuat mereka lupa padaku.”

Kulihat kesedihan di wajah temanku itu. Aku ingin membantunya, tentu saja. Akan tetapi, tangan-tanganku tidak cukup kuat. Sayangnya, kakiku juga tidak akan berguna. Kalau pun aku menggunakannya, baru bisa kulakukan saat aku meninggal. Oh, yang benar saja… Aku memang suka film romantis, yang identik dengan pengorbanan. Namun, kalau sampai aku meninggal, aku tidak bisa lagi menyokong kehidupan orang-orang. Dalam situasi ini, alangkah lebih baik kalau aku dan temanku itu tetap hidup. Dengan begitu, kami bisa menyokong kehidupan lebih banyak orang.

“Aku penasaran, siapa yang tega membuat orang-orang melupakanmu? Dia atau mereka patut dipenjara! Tindakan mereka mengancam nyawa!” Niat awalku ingin menghibur temanku itu, tapi, kurasa akhirnya malah membuat kebenciannya membuncah.

“Iya, kau benar sekali! Karena kelakuannya yang biadab itu membuat banyak nyawa terancam. Mereka membunuh secara perlahan. Rasanya aku ingin menjatuhkan bebanku tepat di kepalanya sampai pecah!”

Oh, temanku, keadaan ini sudah sangat berat, ditambah lagi beban yang sekarang kau bawa. Apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu? Aku—aku maksud kita, tidak bisa berbuat apa-apa. Kita memang terlihat besar dan kuat, namun, Tuhan sudah menakdirkan kita sejak lahir untuk tidak pergi ke mana-mana. Kurasa Tuhan memang adil, teman. Kita sudah banyak membantu orang-orang, dan Ia tidak mau kita lelah jika harus meninggalkan tempat kita lahir dan juga meninggal kelak.

Teman, aku hanya bisa berdoa untukmu. Semoga ada orang baik di luar sana yang mau dan berhasil menghentikan keadaan yang menyebalkan ini. Walau aku tidak membawa beban sepertimu, penglihatanku kini sudah mulai kabur. Tubuhku juga perlahan-perlahan terasa lemah. Dan, yang membuatku bertambah sedih adalah orang-orang itu juga mengalami kecelakaan karena penglihatannya tidak maksimal lagi. Bahkan, kemarin sepasang kekasih yang sering memadu kasih di depanku juga menjadi korban. Samar-samar, aku melihat luka mereka. Cukup parah, semoga saja mereka masih diberikan kesempatan hidup. Tahun ini mereka akan menikah.

“Apa kau merindukan anak kecil yang suka memungut beban yang sudah kau jatuhkan di tanah?” Tanyaku.

“Tentu saja. Kalau kau suka film romantis, aku suka anak-anak. Kasihan sekali dia, sudah mengalami keadaan ini. Apa dia masih hidup?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun