Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu... Kreator konten -

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Insiden Nisan Salib dan Predikat Yogyakarta Sebagai Kota Peduli HAM

19 Desember 2018   19:47 Diperbarui: 19 Desember 2018   21:29 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Albertus Slamet Sugihardi

Pada akhirnya, insiden ini pun jadi pekerjaan rumah besar untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga Kota Yogyakarta pada khususnya.

Ada dua wacana yang akan gampang sekali menyerbak di musim politik: wacana intoleransi, dan wacana disinformasi. Insiden di Yogyakarta bisa dibilang menyangkut keduanya. Di satu sisi, masyarakat kita pada derajat tertentu memang masih sulit menerima perbedaan dan heterogenitas. Simbol dan aktivitas golongan yang berbeda kerap jadi momok yang sering dimusuhi masyarakat.

Di sisi lain, penyebaran informasi yang salah, keliru, atau tidak lengkap, juga menghantui pola konsumsi informasi masyarakat kita. Karena bagaimanapun, insiden yang kerap terjadi di tiap daerah harus selalu ditelaah secara menyeluruh, kontekstual, dan reflektif.

Ketika sebuah kejadian terjadi, anda boleh mengambil posisi mengecam, atau memahami, atau evaluatif, atau bahkan reflektif memandang ke depannya bagaimana, itu terserah anda.

Tapi yang paling penting, selalu komentari fenomena setelah mendapat informasi yang beragam, yang lengkap, dan yang terpercaya. Jangan melihat dari satu sisi saja, dan selalu adil dan berimbang dalam memandang sesuatu. Itu barulah cara menggunakan hak demokrasi dengan benar.

Fenomena ini pun akhirnya jadi pukulan telak bagi Kota Yogyakarta, sebagai peraih penghargaan Kota Peduli Hak Asasi Manusia. Bagaimana kemudian rencana Pemkot Yogyakarta untuk menjaga hak asasi masyarakatnya dalam beribadah, melaksanakan ajaran agamanya, dan menguburkan jenazah umatnya secara layak dan sesuai kepercayaan yang dianut?

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana warga Yogyakarta harus bersikap? Bagaimana pemerintah, pemangku kebijakan, tokoh masyarakat, dan rakyat umum harus berefleksi dan introspeksi diri ke depannya?

(Semua sumber informasi tentang insiden ini saya dapatkan dari:link berita Tirto berikut ini, silakan dibaca dan direnungkan dengan baik)

Mewujudkan Toleransi di Yogyakarta

Memang, mewujudkan masyarakat yang toleran di tengah keberagaman bukan perkara mudah, baik di Yogyakarta, ataupun di dunia. Secara umum, sebenarnya warga Yogyakarta telah lama hidup berdampingan dengan berbagai perbedaan. Bahkan, tidak jarang banyak tokoh masyarakat yang berusaha merangkul berbagai golongan dengan baik.

Salah satu tokoh tersebut adalah Bambang Soepijanto, calon anggota DPD RI Dapil DIY. Dalam berbagai kesempatan, Bambang Soepijanto sering menyempatkan diri berkunjung ke berbagai komunitas masyarakat. Salah satunya adalah kunjungannya menyapa warga Kristiani Majelis Gereja Kristen Jawa Suryodiningratan pada 11 November silam. Dialog antara beliau dan majelis gereja pun berlangsung cair di Popeye Transit, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun