Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu... Kreator konten -

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Insiden Nisan Salib dan Predikat Yogyakarta Sebagai Kota Peduli HAM

19 Desember 2018   19:47 Diperbarui: 19 Desember 2018   21:29 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Soepijanto dan Majelis GKJ Suryodiningratan

Dengan kondisi itu, almarhum Pak Slamet diperbolehkan untuk dimakamkan di tempat tersebut karena darurat. Asal makam Pak Slamet dipinggirkan dan tidak ada simbol-simbol Nasrani karena di tempat itu memang mayoritas Islam dan pemakaman tersebut memang akan dijadikan pemakaman Muslim.

Hal ini sudah disepakati antara keluarga almarhum, warga, dan tokoh masyarakat. Sayangnya, karena keluarga sudah terlanjur membawa nisan kayu berbentuk salib, maka bagian atas dari salib tersebut pun terpaksa dipotong. Nah, foto nisan salib yang terpotong itu difoto dan fotonya menyebar di media sosial.

Salah seorang tokoh masyarakat, Bejo Mulyono, menolak jika yang dilakukan warga di situ adalah intoleran. Menurutnya, warga sudah cukup toleran dengan mempersilakan almarhum dimakamkan di pemakaman tersebut. Selain itu, warga juga sudah membantu dengan proses pemandian, penyiapan makam, hingga meminjamkan ambulan untuk membawa jenazah dari rumah sakit ke rumah beliau. Hanya memang, warga kurang setuju jika terdapat aktivitas atau simbol agama selain Islam di lingkungan tersebut.

Hal ini juga diamini oleh pihak Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan, yang mana Pak Slamet merupakan anggota lokal. Gereja yang masih menjadi bagian dari Lingkungan Gregorius Agung Sanjaya (GAS) ini memang biasa mengurus anggotanya yang membutuhkan bantuan.

Selama ini, lingkungan GAS memang biasa melakukan sembahyang di rumah Pak Slamet, seperti Rosario, Bulan Kitab Suci Nasional, dan sebagainya. Namun, sembahyang tersebut tidak dilakukan dengan nyanyian atau suara keras, karena memang dilarang oleh warga. Dan umat lingkungan GAS pun mentaati aturan tersebut. Akhirnya yang terjadi di lapangan, sembahyang dapat dilakukan di rumah Pak Slamet, hanya tidak bersuara keras saja.

Beredar pula kabar bahwa sembahyang pasca dimakamkannya Pak Slamet juga dikendala oleh warga. Hal ini dibantah sendiri oleh Wiwik Jati, ketua Lingkungan GAS. Menurutnya, sembahyang dibubarkan oleh warga itu hoaks, nyatanya sembahyang lancar diselenggarakan di gereja.

Menurut Wiwik, umat Katolik di lingkungan GAS memang sudah memahami bagaimana kondisi lingkungan dan penolakan simbol-simbol Nasrani di lingkungan tempat Slamet tinggal, sehingga mereka lebih memilih untuk mentaatinya.

"Kalau umat Lingkungan [GAS] enggak ada yang protes. Hanya kalau ada kejadian tertentu lapor ke gereja, nanti gereja yang menangani. Kami menyadari, kami ini minoritas. Lebih baik mengalah," ujar Wiwik.

Memahami dari dua sisi

Menyebarnya kabar pemotongan salib ini memang disayangkan. Mengapa sebuah simbol salah satu agama yang diakui resmi di republik ini harus dilarang seperti itu? Apalagi, kabar ini tersebar luas melalui media sosial secara masif dengan informasi yang sepotong-potong.

Di sisi lain, memang tidak bisa dipungkiri bahwa warga Purbayan, Kotagede, memiliki adat dan budaya keagamaan yang kuat. Di tempat almarhum Pak Slamet tinggal, memang hanya ada 3 KK yang beragama Katolik, sisanya 150 KK memang beragama Islam. Aspirasi warga tersebut juga tidak bisa diabaikan begitu saja, karena toh nyatanya Pak Slamet dan keluarga dapat membaur di tengah warga dengan baik. Dan warga juga membantu proses pemakaman Pak Slamet secara proporsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun