Rutinitasku saban hari hanya kuliah, nonton tivi, kadang ngenet, menyiram bunga dan olah raga kecil-kecilan. Olha raga kecil-kecilan yang aku maksud, jalan-jalan putar-putar kompleks. Asal berkeringat dikit, udahan. Tapi sejak dua hari lalu, aku menemukan aktifitas mengasyikkan baru: Merawat dan sesekali mencandainya. Juga membersihkan kandangnya. Apalagi jika pas tidak ada jadwal kuliah, bisa betah berlama-lama bermain dengan Hanoman yang makin lama makin menggemaskan.
Saat lagi asyik memperhatikan kelucuan Hanoman, si Simpai putih yang tali pusarnya sudah lepas, terdengar nada pesan masuk di hapeku. SMS Dari Rian.
Dira lagi ngapain? Jalan-jalan yuk. Aku tak habis pikir terhadap teman kuliahku satu ini. Tergolong gigih juga. Tak putus asa terus-terusan mengajakku jalan-jalan atau makan-makan di cafe, meski tak pernah kuiyakan. Bahkan, terhitung sudah tiga kali berterus terang mengajakku pacaran. Tapi aku tidak mau.
Entahlah, bagiku pacaran hanya lah sebuah status palsu. Hubungan tidak jelas. Menurutku, pacaran merupakan fenomena yang aneh. Seorang lelaki mengaku‘cinta’ kepada seorang wanita, bilang I love you. Kemudian bertanya, “maukah kamu jadi pacarku?”Lalu, si wanita mengangguk. Jadilah mereka dua sejoli.
Lantas, apa yang dilakukan?Kemana-mana jalan bareng, telpon-telponan sampai berjam-jam, sms-an sampai jempol bengkak, de el el. Satu sama lain seakan terikat. Itulah ‘komitmen’, katanya. Padahal, mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka tidak ada ikatan hukum sama sekali. Hanya bermodal perasaan, perasaan dan perasaan.
Yah, aku sih tak bermaksud menyalahkan orang punya cinta, jatuh cinta, dicintai dan mencintai.Karena cinta itu fitrah. Namun, aku heran melihat sepasang muda-mudi yang lagi kasmaran kelewat posesif.Sang pasangan tak boleh dekat-dekat dengan siapapun yang berlawanan jenis, karibnya sekali pun. Ujung-ujungnya cemburu, sakit hati, dan bahkan mencoba bunuh diri. Ah, lebay.
Yang membuat aku ngeri untuk pacaran adalah ketika sang pacar kelak meminta yang aneh-aneh. Bermula dari pegang-pegangan tangan, raba-raba, ciuman, pelukan dan.... melakukan hubungan layaknya suami istri! Dengan dalih untuk pembuktian cinta, sang lelaki biasanya menuntut berhubungan seks. Bagi kaum Hawa, demi mendapatkan cinta, diserahkanlah kehormatannya. Itu lah yang sering terjadi. Benar lah sebuah ungkapan bahwa “laki-laki memberikan cinta untuk mendapatkan seks, sementara perempuan memberikan seks untuk mendapatkan cinta!”.
Sialnya lagi, setelah si lelaki sukses mendapatkan yang diinginkan dari gadisnya, dengan entengnya bilang: ”Sudah berapa kali kamu beginian. Pasti sudah sering, enggak mungkin sama aku saja…”.
Gggrrrrrrrmmmm..... rasanya, kalau ketemu sama orang seperti itu, ingin kutonjok saja.
Demikianlah, kenapa aku tidak pernah coba-coba menerima ajakan siapa pununtuk berpacaran, termasukRian. Padahal, orang bilang Rian itu kerennya minta ampun.Sebelas-duabelas lah tampangnya sama Nicholas Saputra. Tajir pula!. Mobil tunggangannya saja hasil jerih payahnya sendiri. Maklum anak pengusaha yang sudah berhasil membangun usaha sendiri. Selain itu, meskipunberlimpah materi, Rian ramah dalam bersikap, santun jika bertutur dan tidak menyombongkan diri. Kurang apa lagi? Pokoknya Rian itu makhluk langka!!!
Ah, dasar aku orangnya teguh dalam memegang prinsip, tidak mau pacaran! Titik. Eh, tanda seru.