Peserta No. 4 - Acik Muchtar Rangkat & Hamzet
Telah kupancar isyarat serupa menara suar kepada kapal-kapal
Menyimpan kesunyian malam di balik gemerlap pijar cahaya
Bermimpi engkau melempar sauh dan bersandar walau sejenak
‘Kan kuceritakan semua hasratku padamu yang telah membiru lebam
Duhai perempuan, rona jingga, kauberlalu begitu saja
Biarkanku berkarat, menggigil memandangi laut lepas disapu angin
Hanya raungan jerit sirine yang kauperdengarkan di kejauhan
Entah di dermaga mana berlabuh, sudahi pelayaran
Asal kautahu, kutak berlabuh di penjuru mana pun
Saban malam menyibak pekat gelap, meretas badai hanya untuk mengitarimu
Berharap engkau berlari menyongsong, menjemputku, merengkuh dan mendekapku erat
Dan kauucap kata yang selama ini kutunggu-tunggu: Cinta
Harap tinggallah harap, terperangkap kelu lidahmu
Meski telah kutitipkan beribu kata rindu pada gulungan ombak
Namun angkuhmu sekeras karang, hanya menunggu dan menunggu aku yang bertandang
Maaf, aku bukan perempuan jalang!
Aku mulai muak
Tak lagi sudi mendengar segala tentangmu
Hasratku telah menjadi arang
Hangus!!!
Namun kutetap tak mampu melupakanmu barang sedetik
Kelebat bayangmu masih saja mengobarkan semangatku untuk tetap bertahan
Laksana guyuran air saat diriku terpanggang terik
Aku merindumu, perempuanku, di setiap tarikan nafas
Lelakiku, tiap detik hatiku serasa kaurajam dengan kasihmu
Hingga lantak berlumur lumus harapan abstrak
Terbelenggu dilema antara benci dan terus menggantang asa
Entah kapan nyalimu bangkit, untuk sekadar berucap cinta padaku
Apatah lagi yang mesti kuucap
Kakiku bagai berpijak di atas bara tak berujung
Rindu yang merajaiku pun seakan tiada lagi berarti
Namun begitu, semoga suluk asmaradhanaku mampu menghangatkanmu selalu
***
- Untuk membaca karya peserta lain silakan ke akun Fiksiana Community
- Dengan senang hati kami tunggu anda bergabung di Grup FB Fiksiana Community