Ketiga, keterampilan teknologi. Bukan hanya masyarakat yang tinggal di pelosok daerah, ternyata beberapa kawan-kawan seperjuangan di KKN memiliki kendala dalam hal keterampilan menguasai teknologi, barangkali Penulis sendiri merasakan hal yang seperti itu.
Bukan hanya pada platform video conference seperti zoom atau google meet, tetapi dalam ber-KKN kali ini harus menguasai aplikasi berbasis editing, baik edit video ataupun poster. Tentu tidak semua peserta KKN familiar dengan keterampilan itu. Sehingga ketika memasuki pelaksanaan KKN, tidak sedikit kawan-kawan yang rela merogoh uang jajannya demi membayar jasa desainer di luar peserta KKN.
Keempat, keaktifan forum. Apapun itu, pasti forum offline lebih efektif ditimbang forum online. Terlebih lagi ketika rapat dan membahas banyak persoalan, dari yang kecil hingga persoalan yang paling penting.
Tentu keaktifan atau kontribusi forum dalam memberikan berbagai ide dan masukan sangat diperlukan untuk menentukan arah gerak di berbagai agenda kedepannya. Meskipun Penulis sangat bersyukur karena dipertemukan dengan anggota kelompok KKN yang luar biasa, yang mampu menunjukkan rasa peduli dan memilikinya terhadap kelompok dengan aktif memberikan berbagai inovasi dan idenya.
Tetapi Penulis beberapa kali berbincang santai dengan kawan-kawan koordinator lainnya untuk saling berbagi pengalaman terkait kondisi kelompoknya. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluhkan terkait minimnya keaktifan kawan-kawan sekelompoknya.Â
Barang kali Penulis sendiri dengan segala keterbatasannya, bisa jadi mengeluhkan hal yang sama jika dipertemukan dengan kondisi seperti itu. Sekali lagi Penulis sangat bersyukur dipertemukan dengan kawan-kawan kelompok yang aktif memberikan kontribusi kepada kelompok.
Kelima, kesibukan non-KKN. Di era serba daring ini. Tidak bisa disamaratakan kondisi pribadi masing-masing. Meskipun ada yang masih beranggapan bahwa era daring adalah eranya para kaum rebahan, ternyata justru dengan era daring yang disebabkan pandemi Covid-19 ini, menyebabkan masyarakat harus mencari kesibukan baru lainnya.
Apalagi berkaitan dengan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaannya karena badai pandemi ini dan berkeliling mencari penghasilan barunya. Sehingga tidak tepat jika era daring ini dianggap semua aktifitas menjadi lebih santai.Â
Begitu juga dalam ber-KKN kali ini. beberapa kali Penulis temui kawan-kawan sekelompok tetap melanjutkan aktifitas non-KKNnya, meskipun sedang berada di masa KKN berlangsung. Termasuk Penulis sendiri, bekerja di Kantor Layanan Lazismu RS Roemani sembari melaksanakan agenda-agenda KKN. Sehingga, baik penulis maupun kawan-kawan lainnya terkadang keteteran dan terkendala melaksanakan kegiatan KKN.Â
Agenda KKN yang begitu banyak sedangkan waktu begitu singkat ditambah dengan kesibukan non-KKN, membuat kawan-kawan sekelompok kompak bernyanyi "Ndazku mumet.. Ndazmu pyee..??".
Dari kelima poin permasalahan di atas yang sejauh ini mampu penulis uraikan. Setidaknya ada beberapa treatment menurut Penulis yang bisa menjadi alternatif,