Tulisan ini menganalisis strategi marketing politik yang di gunakan calon presiden (Capres) Anies Baswedan dan calon wakil presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar yang di kemas dalam paket AMIN menuju kursi presiden 2024.Â
Marketing politik diartikan sebagai suatu cara mengemas produk dengan tepat dan memasarkannya dengan terukur. Intensitas penerapan teori marketing politik paket AMIN menuju kursi presiden 2024 terlihat jelas dari cara penyampaian produk dan pesan politik  melalui berbagai macam strategi marketing politik.Â
Salah satu strategi marketing politik yang di gunakan paket AMIN adalah menerapkan teori STP  (Segmentasi, targeting, positioning), yang bertujuan untuk mempengaruhi pandangan pemilih tentang produk- produk politik yang di tawarkan atau di  sampaikan dalam kontestasi politik  berupa visi, misi dan program kerja.
Dalam konteks penerapan teori STP,  Paket AMIN tampil sebagai figur yang membawa perubahan bangsa  di nilai sebagai strategi targeting yang mampu meraih simpati dari segmentasi pemilih yang menginginkan perubahan bangsa. Sosok Anies Baswedan di kemas sebagai figur yang lemah lembut,  humanis dan memiliki gagasan besar membangun bangsa.indonesia. pilihan politik Anies Baswedan mencalonkan diri sebagai presiden membutuhkan dedikasi, kejujuran, keikhlasan dan kesabaran jiwa karena jalan politiknya penuh dengan umpatan, celaan, kriminalisasi, dan ujaran kebencian,  sosok santun yang di.Â
Munculkan merupakan sebuah positioning politik yang hadir sebagai sosok pembeda dari capres lainnya yang tegas, kasar dan ceplas ceplos. Â Sehingga sosok Anies Baswedan mampu mengambil simpati semua kalangan masyarakat dari kelas menengah kebawah sampai Kelas menengah ke atas
Sedangkan sosok Muhaimin Iskandar di kemas sebagai politisi yang berpengalaman dan ketua partai kebangkitan bangsa serta tokoh nahdlatul ulama (NU) yang memiliki basis massa yang besar di kalangan nahdiyin.Â
Selain menerapkan strategi STP (segmentasi, targeting, positioning), Paket AMIN juga menerapkan tiga pendekatan pola kampanye dalam teori marketing politik yaitu push marketing, pass marketing dan pull marketing.
Pendekatan Push marketing memberikan stimulasi terhadap pemilih melalui penyampaian produk secara langsung (kontak langsung dengan personal), Kontak langsung dengan personal mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:Â
Pertama, mengarahkan para pemilih ke  tingkat kognitif yang berbeda dibandingkan dengan bentuk kampanye lainnya. Politisi yang berbicara langsung akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan melalui iklan.Â
Kedua, kontak langsung memungkinkan pembicaraan dua arah, melakukan persuasi dengan pendekatan verbal dan non verbal seperti tampilan, ekpresi wajah, bahasa tubuh dan isyarat fisik lainnya.Â
Ketiga, menghumaniskan kandidat dan keempat, meningkatkan antusiasme massa dan menarik perhatian media massa. hal ini sudah  di lakukan oleh paket AMIN dengan memulai safari politik di beberapa wilayah indonesia seperti Sulawesi Selatan, Sidoarjo dan beberapa wilayah Indonesia lainnya yang mampu menghipnotis ribuan massa pendukung paket AMIN untuk berkumpul dan berkonsolidasi memenangkan paket AMIN. Fenomena ini menunjukan bahwa pendekatan kampanye push marketing paket AMIN sudah sangat efektif.
Pendekatan pass marketing menekankan pada pemasaran produk citra politik  yang benar - benar memperhatikan bagaimana citra kandidat yang langsung berhubungan dengan pesan politik yang di sampaikan, paket AMIN menampilkan citra sebagai antitesa dari pemegang kekuasaan (PETAHANA) yang menciptakan berbagai macam masalah bangsa  selama periode kepemimpinannya. Hal ini sangat jeli di lihat oleh paket AMIN sehingga pasangan AMIN memilih untuk memunculkan sikap santun, ramah, islami dan penuh solusi.Â
Sedangkan pull marketing menitik beratkan pada media massa dan citra produk politik. Penggunaan media lewat kampanye kreatif harus dimanfaatkan untuk membentuk image politik positif sehingga mampu membangkitkan sentimen pemilih terhadap kandidat/partai politik. Â
Pull marketing menurut She dan Burton teridiri dari lima elemen yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan produk politik, yaitu: konsistensi pada disiplin pesan, efisiensi biaya, timing atau momentum, pengemasan, seta permainan ekspresi.
Konsistensi pada disiplin pesan menunjukan bahwa pesan politik yang disampaikan oleh calon kandidat kepada masyarakat harus kuat,konsisten, dan diulang-ulang pada timing yang tepat. Sehingga masyarakat sulit melupakan pesan politik tersebut.Â
Strategi penyampaian pesan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat serta media yang dipakai/  Hal ini sudah di lakukan oleh paket AMIN dengan menggunakan media massa baik media online (media sosial dan lainnya) maupun media offline (poster, baliho), dan menyebarluaskan pesan secara konsisten, dalam timing atau momentum yang tepat  dan di ulang-ulangi melalui media online dan off line serta menggunakan  alat - alat kampanye kreatif lainnya yang menjadi identitas paket AMIN.
Meskipun teori marketing politik tidak menjamin kemenangan pasangan tertentu dalam pemilu  namun teori marketing politik dapat memberikan gambaran dan  pemahaman bahwa politik dapat ditawarkan dengan menerapakan  pendekatan pemasaran produk komersial.Â
Salah satu hal penting dalam pendekatan ini adalah melakukan upaya pemahaman terhadap pemilih dengan mengelompokkan pemilih dalam kelompok tertentu atau disebut segmentasi. Masing-masing segmen dianggap homogen sehingga dapat disusun program yang efektif  bagi kelompok tersebut.Â
Pengenalan terhadap khalayak pemilih merupakan bagian yang penting dalam penyusunan program kampanye pemilu yang sangat berguna untuk figur politik. Â Ada beberapa faktor yang menjadi argument kuat bahwa marketing politik dapat berkembang secara ilmah dan praktis yaitu ; Â
Pertama, Marketing politik dapat menguatkan rezim demokrasi elektoral, di mana puncak dari pertarungan dan panggung demokrasi di tentukan oleh mekanisme pemilu langsung dengan menempatkan kandidat dan parpol sebagai hal penting yang menentukan proses pemilihan.
Kedua, Marketing politik dapat menguatkan personalisasi politik kandidat dan parpol, hal ini di tandai dengan menguatnya posisi kandidat di masing-masing parpol sebagia sentrum dari beragam jenis isu dan kebijakan publik yang  menjadi dasar penilaian dan dasar pengaruh bagi perilaku pemilih,
Ketiga, Marketing politik dapat menguatkan industrialisasi politik dimana panggung pemilu kian di warnai oleh peran penting kalangan profesional konsultan dan profesional pekerja media yang membantu kandidat dan parpol dalam memenangkan pemilu.
Keempat Marketing politik dapat menguatkan perubahan perilaku politik pemilih yang tidak lagi didominasi oleh peran penting pengaruh ideologi parpol dan orientasi nilai-nilai berdasarkan ideologi parpol yang bertarung dalam arena pemilu, akan tetapi lebih ditentukan oleh produk yang disajikan oleh kandidat dan parpol berupa informasi/pesan politik, kebijakan publik dan lainnya.
Kelima Marketing politik dapat Menguatkan logika ekonomi-politik dalam proses interaksi di ruang publik antara kandidat dan parpol dengan para pemilih.
Keenam Marketing politik dapat menguatkan arus komersialisasi dan komunikasi politik dalam industri media, yang ditandai dengan perubahan pola jurnalisme dan sistem organisasi media yang berdampak pada performance media dalam menyajikan beragam jenis tayangan dan pemberitaan politik kepada khalayak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H