Betapa paniknya negara menyumpat para pengkritisi sehingga tentu cek and balance ini takan pernah bisa seimbang, implikasinya tentu negara merasa arogan terhadap kritik. Menarik sebetulnya kita menjadi teringan tentang cerita dalam novel karangan Orwell 1980 yang menjelaskan situasinya seperti sama apa yang kita alami akhir-akhir. Tentu dalam benak kita sekarang menjadi pertanyaan mengapa negara harus takut dengan kritik? Mengapa negara merasa alergi dengan kritik?
Kita lihat saja beberapa kasus yang kontra terhadap pemerintah, warga sipil menyuarakan aspirasinya di media digital langsung serang habis-habisan dan dintimidasi oleh para buzzer. Apakah ini yang disebut negara demokrasi? Percakapan publik semacam ini tentu akan mengancam hak-hak manusia, tanpa harus menodongkan senjatapun warga enggan berani kritik saja sudah dipastikan terbunuh.
Biarkan kritik itu pedas
biarkan saja kritik itu pedas menghujami pemerintah, sejatinya pemerintah merupakan tempat aspirasi yang kesiapanya 24 jam dikritisi masyarakatnya, pemerintah harus selalu siap dengan kritik masyarakatnya jangan mau menyumpat setiap para pengkritisi.
Sungguh akan sangat memalukan jika tindakan kriminalisasi dan intimidasi terhadap masyarakatnya yang berani melakukan kritik terhadap pemerintah dihantam oleh pelbagai pasal dengan delik bermacam.
Kemerdekaan berpikir manusia menuntunnya terhadap modernitas, modernitas tersebut memberikan ruang-ruang diskursus apalagi di saat ini dengan adanya ruang teknologi digital memudahkan masyarakat untuk berdialog, salahsatunya aspirasi yang tersalur lewat berbagai media massa.
Refleksi dan renungkan kembali
Pada intinya pemerintah harus merenung, pejabat-pejabat negara jangan terlalu cengeng dengan pelbagai kritik, negara harus berani bercermin melihat lebih dalam terhadap dirinya apakah sudah sejalan atau belum terkait dengan kebebasan mengutarakan pendapat.
negara harus dewasa menerima setiap kritik, negara harus berani menyadari, wujudkan kembali keseimbang demokrasi agar keengganan masyarakat kontemporer hari ini tidak merasa cemas ketika mengutarakan pendapat terhadap segala kebijakan pemerintah, sekalipun kritik itu pedas.
Mari kita belajar tidak ada lagi ruang-ruang yang berjarak jauh antara pemerintah dan masyarakatnta, antara telinga pemerintah dan aspirasi warganya, pemerintah harus legowo karena sepedas apapun kritik tendensinya tetap masyarakat tidak ingin melihat negaranya kacau.
Negara hebat butuh kritik, negara maju karena tidak terlepas ada keseimbangan di dalam yang memberikan asupan gizi yaitu berupa narasi-narasi yang mampu membangkitkan roda pemerintahan ini demi menyongsong Indonesia maju.