Bertautan Kepercayaan tauhid, yg terjadi adalah sebuah paradoks.Â
 Tatanan tauhid konservatif adlh wajib,mustahil,jaiz, maka dari tauhid konservatif inilah yg kita gunakan mencari fenomena sehari-hari, menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita, di hidup salafunasholih tiada hari tanpa laailahailallah, pemahaman sejati pada Sang Maha Kalam, suara sejati itu. Paradoksnya adlh: untuk mencari Tuhan kita butuh dalil/bukti tapi Tuhan sendiri tidak butuh dalil kita, diyakini atau tidak ya Tuhan tetap ada, tidak butuh kita. Qiyamuhu ta’ala binafsihi, berdiri sendiri dan independen.
 Hikmahnya kita bisa & harus mencari, akal tetap melihat dg waspada supaya mengenal Tuhan sejeli-jelinya, sedetail-detailnya sehingga tidak ada pada kehidupan apapun kecuali Tuhan, maka itulah kita butuh maarif semacam pelurus supaya tdk keliru, karena itu teruslah mencari ilmu lewat guru-guru yang benar-benar sudah sampai.
Ujian dari pencarian dalil adlh, adanya Tuhan ini sendiri ada di saat sakratul maut dimana kita akan digoda setan dg godaan yg luar biasa. Tak ada teman, yg ada hanya akal dan hati kita yg kita isi dg pemahaman2, Maka disitu kita bisa melewatinya dg selamat / tidak, khusnul khotimah / menderita selama2nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H