Mohon tunggu...
Dave Kham99
Dave Kham99 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membongkar Pesan Tuhan dalam Akal dan Hati

25 September 2015   02:51 Diperbarui: 25 September 2015   02:51 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membongkar Pesan Rahasia Tuhan dalam Akal dan Hati 

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron,otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh,Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia, karena itu terdapat kaitan erat antara otak&pemikiran, bahkan otak & sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia,pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik&segala bentuk pembelajaran lainnya, dikutip wikipedia.org

 Hujjatul islam Imam Ghozali dlm karya monumentalnya Ihya'Ulumuddin menjelaskan akal/logika adlh suatu alat untuk mengetahui data2 nalar, laksana cahaya dlm hati, kadar dlm insting pun berbeda sesuai kapasitasnya, akal pun laksana raja yg mempunyai byk pasukan (daya kemampuan dlm membedakan), daya menghafal&daya memahami,beliau melihat akal sbg jiwa rasional yg punya dua daya kekuatan,Praktis dan teoritis 

Akal praktis berguna tuk kreativitas,inovasi dan moralitas, endingnya adlh bergantung pada kekuatan daya nalar dlm menguasi emosional, dan akal teoris substansinya sifat abstrak & immateri dg ilmu yg universal.

 Adapun Akal Teoritis punyai 4 tingkatan kemampuan: Akal material,habitual intellect,akal aktual,akal perolehan.

Sedangkan hati di kitab Ihya’, Imam Al-Ghazali dg sub judul Kitab Aja’ib Al-Qalb, dlm pandangan Al-Ghazali, hakikat manusia bisa diungkapkan dg kata 

Al-Qalb, An-Nafs, Ar-Ruh dan Al-‘Aql. Masing-masing kata Al-Qalb, An-Nafs, Ar-Ruh dan Al-‘Aqal memiliki 2 makna,salah satu makna nya adlh hakikat manusia, hati (Al-Qalb) adlh bagian dari manusia yang mampu memahami, mengerti, merasakan dsb

Beliau berkata, bahwa tempatnya berbagai pengetahuan adalah Hati, Hati memiliki dua sisi. Sisi satu menghadap Alam Ghaib, sedang sisi dua menghadap Alam Nyata, biar mudah, sebut saja sisi Hati yang menghadap Alam ghaib dg istilah perasaan. Lalu sebut saja sisi hati yang menghadap Alam Nyata (dunia) dengan istilah pikiran, bisa mendefinisikan Hati sebagai totalitas Perasaan & Pikiran.

Adapun buah Pikiran itu: Pengetahuan,suasana Hati dan tindakan

dalam pandangan Imam Al-Ghazali, Tindakan mengikuti Suasana Hati. Suasana Hati mengikuti Pengetahuan. Pengetahuan mengikuti Pikiran, jika begitu Pikiran itu dasar dan pembuka semua kebaikan, pengetahuan Diri itu akan menentukan Suasana Hati, sedangkan Suasana Hati itu akan menentukan tindakan di dunia. Keberhasilan dan Kegagalan dari sebuah Tindakan di dunia ini sangat ditentukan oleh Suasana Hati. Kualitas dari Suasana Hati ditentukan dari Kualitas Pengetahuan yg dimasukan oleh Pikiran dlm Perasaan. 

Di ajaran Thoriqoh pun ada rutinitas wirid yang sebenarnya menyaring suara-suara/ide yang tidak bagus. Manusia itu free will, tapi sebenarnya tidak ada free will di dunia karena hakikatnya Allah, Qudroh illahi. Maka dalam satu waktu dunia ini manusia cuma bisa bersyukur karena mendapat nikmat dan anugerah Tuhan atau dihina, dilaknat Tuhan karena free willnya.

Sumber suara bermacam2 shingga sulit mengidentifikasikannya bagaimana, namun bisa kita lihat sikap-sikapnya, dampak-dampaknya, hati itu seperti radio, bila makan harom maka suara yang keluar adalah suara untuk berbuat kejelekan. Ajakan kepada kebaikan.

Dalam Teknik Elektro gelombang (code, encode, dan decode) itu bukan suara hati, Karena pada kesepakatannya hati itu tidak punya huruf apalagi suara. Yg terjadi adlh kalam insan biasa. Karena suara secara fisik fisika itu longitudinal, yang respon dari taalluqnya adalah telinga. Apabila kita ngomong perihal kalam hati manusia kita harus membuat decode untuk mengurangi distorsi ataupun noise.

Code: Bentuk pesan yg terselubung

Decode: Membongkar pesan/kode dg melakukan tafsir

Encode : Meringkas/mengkompres pesan asli ke kode

Dengan mengaji tanpa terasa sedang melakukan encode, yaitu pembongkaran kalam dari Allah di hati yg berupa code,meskipun decode kita sendiri memiliki noise yaitu panas, hawa nafsu , Nafsul amarah istilahnya. Kalau decoder/hati rusak maka pesan encode dari Tuhan berupa kalam-kalam abadi itu rusak. Untuk meng-Encode kita butuh ilmu dari Rasulullah selaku utusan Tuhan.

Bahkan Al-Qur’an sendiri adlh info dari Tuhan, semacam hasil encoding,kalam yg ditulis &memiliki arti mewakili Kalam Tuhan yg tdk terjangkau itu&decodernya adlh Nabi ,bahkan di Qur’an sendiri ada ayat muhkamat & mutasyabihat,ada yg dhoruri, mudah dipahami akal manusia&sesuai tekstualnya. Ada yg sangat berat, berlapis, terselubung rahasia,istilahnya di Elektro adlh repetisi dlm coding, sangat mudah diterjemahkan tapi ada pula message yg ruwet. dlm melakukan decode Qur’an butuh ilmu tafsir, bayan, ma’ani & ilmu2 alat seperti nahwu,shorof juga hadits untuk menjelaskan transkrip ini. 

  So, Qur’an itu hasil encode yg mudah untuk dipahami akal manusia,karena itu banyak ayat yg menunjukan Qur’an diturunkan buat orang berakal, agar ada proses logika, semacam tanggung jawab akal.

Paradoksnya Al-Qur’an bisa dipahami tapi sebenarnya rumit, yakni kalam qodim tapi tertulis namun ada artinya. Ketika kita berpikir tekstual, limitasi tapi sebenarnya Al Qur’an / kalam Tuhan tdk terbatas apapun.

Bahkan konsep manunggaling kawulo lan Gusti yg disalahgunakan orang awam yg memahaminya sebagai Persatuan Tuhan dg manusia adalah persatuan fisik,Salah besar,

Penyatuan ini adlh penyatuan dimana kalam Tuhan dibuka rahasia seluas-luasnya di hati manusia yg sudah benar2 kosong & bersih hingga apa yg dilakukan manusia ini adalah Qudroh dari Tuhan,dan apa yg mereka lakukan sebenarnya adlh tuntunan dari kitab

Bertautan Kepercayaan tauhid, yg terjadi adalah sebuah paradoks. 

 Tatanan tauhid konservatif adlh wajib,mustahil,jaiz, maka dari tauhid konservatif inilah yg kita gunakan mencari fenomena sehari-hari, menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita, di hidup salafunasholih tiada hari tanpa laailahailallah, pemahaman sejati pada Sang Maha Kalam, suara sejati itu. Paradoksnya adlh: untuk mencari Tuhan kita butuh dalil/bukti tapi Tuhan sendiri tidak butuh dalil kita, diyakini atau tidak ya Tuhan tetap ada, tidak butuh kita. Qiyamuhu ta’ala binafsihi, berdiri sendiri dan independen.

 Hikmahnya kita bisa & harus mencari, akal tetap melihat dg waspada supaya mengenal Tuhan sejeli-jelinya, sedetail-detailnya sehingga tidak ada pada kehidupan apapun kecuali Tuhan, maka itulah kita butuh maarif semacam pelurus supaya tdk keliru, karena itu teruslah mencari ilmu lewat guru-guru yang benar-benar sudah sampai.

Ujian dari pencarian dalil adlh, adanya Tuhan ini sendiri ada di saat sakratul maut dimana kita akan digoda setan dg godaan yg luar biasa. Tak ada teman, yg ada hanya akal dan hati kita yg kita isi dg pemahaman2, Maka disitu kita bisa melewatinya dg selamat / tidak, khusnul khotimah / menderita selama2nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun