Mohon tunggu...
Hamzah Palalloi
Hamzah Palalloi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

masih belajar menulis, masih belajar membaca dan masih belajar memberi makna. senang rasanya jika berbagi dengan orang lain. banyak berdomisili di jakarta, tetapi bermukim di Kota Baubau-Sulawesi Tenggara..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kolut, Surga Baru di Teluk Bone-Sulawesi Tenggara

31 Juli 2015   19:33 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:16 10494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="arsitektur minimalis modern jadi 'gaya' kantor-kantor' pemerintahan di Kota Lasusua-Kolut (foto penulis)"]

[/caption]

Memang, jalur udara ke Kota Lasusua di Kolut, kini masih dalam rancang pikiran Bupati Rusda Mahmud. “sudah dipikirkan secara matang agar di Kolut ada Bandar Udara untuk memudahkan akses ke kota ini, sebab wilayah ini memang destinasi wisata di masa depan di Pulau Sulawesi” katanya.

Di Lasusua, Anda tak perlu khawatir, sebab fasilitas akomodasi terbilang cukup memadai di sana, meski kelasnya baru ‘melati’ tetapi hotel-hotel cukup banyak di sana. Syukur-syukur jika mampu melobi Pemda-nya, Anda bisa mendapatkan layanan hotel gratis di kawasan area public yang konstruknya melingkar di pusat Kota Lasusua, ini dikelola oleh pihak Perusahaan Daerah (Perusda) setempat. Murah bahkan bisa gratis.(hehehe). Kawasan ini merupakan salah satu view menarik di wilayah ini. Orang Kolut menyebutnya Bundaran simpang delapan Lasusua.

Masjid Agung dan Lapangan Aspirasi, simbol demokrasi di Kolut
Salah satu bangunan monumental yang dibangga-banggakan orang Kolut adalah kehadiran masjid Agung yang letaknya di pantai Lasusua. Megah dan mewah dengan kubah dan warna masjid dominan keemasan, lengkap dengan faslitas jalan ‘by pass’ yang membujur lurus dari utara ke selatan, timur dan barat dengan pernak-pernak bibir pantai yang dibangun khusus untuk kenyamanan pengunjungnya. Konsep kota ‘water from city’ benar-benar hadir di Lasusua. Sebab laut benar-benar dijadikan objek penarik di kabupaten ini.

Bahkan kawasan muara yang semula menjadi objek pembangunan menjadi kolam laut yang dimaksimalkan menjadi arena dayung berstandar nasional. Pokoknya banyak sekali karya yang dibuat Pemda-nya dengan memaksimalkan potensi lautnya.

[caption caption="kawasan rumah karang 'pasitoddo' yang menjadi fasilitas mancing mania Kolut yang terletak di tengah Teluk Bone (foto penulis)"]

[/caption]

Soal Masjid Agung, warga Kolut kadang bombastis membanggakan dengan menyebutnya sebagai ‘masjid terbesar di dunia’. Kok bisa? Padahal ukurannya tak lebih luas dari Masjid Istiqlal di Jakarta atau Masjid Akbar di Surabaya? Sederhana. Pada awal membangun masjid ini di tahun 2007 sebagai symbol awal kehadiran Bupati defenitif pertama di Kolut, tanah urukan yang digunakan untuk menimbun kawasan masjid ini diperoleh dari tanah seluruh desa-desa yang ada di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut). Filosofisnya, kata Bupati Rusda Mahmud, masjid ini adalah simbol persatuan dan kepemilikan rakyat Kolut, meski dibangun di ibukota kabupaten.

Selurus dari Masjid Agung ke arah pegunungan, tampak kokoh berdiri kantor Bupati Kolut dengan hiasan tangga ‘seribu’. Istilah orang Kolut ketika ingin berjalan kaki dari halaman depan kantor ini, padahal anak tangganya lebih kurang 100 buah. Halaman inilah yang kemudian di sulap sebagai lapangan aspirasi bagi warga Kolut yang ingin menyampaikan uneg-unegnya kepada pemerintah setempat. Bahkan bila Anda ingin melakukan unjuk rasa, tak perlu repot, Pemda menyiapkan segala fasilitasnya. Mulai dari lapangan demo, fasilitas sound system, bahkan bis antar jemput pengunjuk rasa pun disiapkan secara gratis.

Terus, pengunjuk rasa tak perlu ragu tidak terlayani pihak, sebab pejabat terkait yang ‘kena demo’ diwajibkan hadir menerima dan menjawab tuntutan pengunjuk rasa. Jika tidak hadir dengan sengaja, maka siap-siap jabatan dicopot. Sebab di sana Pemda dan DPRD-nya telah membuat perarturan daerah dan sanksi terkait dengan itu. Demokratis, unik dan kreatif. Mungkin itu tiga kata untuk menggambarkan kehidupan social politik Kabupaten Kolut.

Laut dan Gunung yang mempesona..
Laut memang khasanah kekayaan Kolut yang luar biasa. Ya, teluk Bone itu. Di sana ada fasilitas pemancingan yang sengaja dibangun Pemda-nya untuk mereka yang gemar ‘mancing mania’. Namanya Rumah Karang Pasitoddo, letaknya pas di tengah lautan teluk Bone yang bisa di tempuh dalam perjalanan kurang lebih 10 menit. Belum lagi Pulau Bintan di utara Lasusua yang benar-benar dipermak sebagai kawasan wisata laut.

Sangat mengasikkan, apalagi ditunjang dengan spot-spot laut yang memanjakan penikmat snorkling, diving, hingga penyelaman bawah laut. Tak kalah menariknya dengan Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat yang sudah kesohor sebelumnya. Bedanya spot laut Kolut, ditunjang dengan fasilitas di darat yang memadai. Sebab selama ini keluhan banyak wisatawan, umumnya wisata laut tak ditunjang fasilitas dan akses di darat. Kabupaten Kolut dengan ibukotanya Lasusua memiliki keduanya. Masih soal laut, bicara ‘sampah laut’ mungkin sulit menemuinya, sebab ada speed jeet dengan model pesawat sukhoi dihadirkan Pemdanya untuk menjadi penyapu laut. Begitu eloknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun