“Saat Pak Prabowo berkumpul dengan semua perwira-perwira itu, termasuk Abah Iwan dan Pak Tedi, Pak Prabowo ternyata tidak banyak berbicara tentang strategi operasi, mungkin sudah dibahas sebelumnya, tetapi Pak Prabowo mengajak kami bercanda sembari bernyanyi sekedar menghilangkan ketegangan pasukannya,” kata Bang Gea.
“Entah kenapa lagu pilihannya adalah ‘Sio Mama’, sebuah lagu daerah Maluku yang lirik-liriknya berbicara tentang kerinduan pada keluarga. Pak Iwan yang memang dikenal sebagai musisi, tampil memainkan gitarnya. berulang-ulang lagu itu dinyanyikan beramai-ramai, sembari menikmati kacang rebus, hingga benar-benar suasananya menjadi hening,” jelas Bang Gea.
“Saya menatap wajah pak Prabowo, beliau bersedih dan menitikkan air matanya, kami pun ikut menitikkan air mata, larut dalam suasana itu.” jelasnya. Tiba-tiba Pak Prabowo memecahkan suasana itu.
“Kita ini adalah ciptaan Tuhan. Kita semua sama”
“Semua punya keluarga dan sanak famili”
“Kita punya ibu yang telah melahirkan kita”
“Kelompok penyandera ini juga punya ibu dan keluarga”
“Karena itu, dalam melaksanakan operasi pembebasan sandera, upayakan jangan ada korban, usahakan di tangkap saja”
“Jika ada perempuan dan anak-anak di sekitar daerah itu, amankan dan kita bina kembali ke masyarakat, karena mereka adalah saudara-saudara kita,” begitu jelas perintah Pak Prabowo kala itu.
Bagi Bang Gea, cerita ini terus membekas di ingatannya, ingatan tentang kecintaan Pak Prabowo kepada segenap anak bangsa darimanapun ia berasal, tak ada pembeda satu dengan yang lainnya. Padahal operasi Mapenduma adalah operasi militer, tentu sangat rentan dengan situasi peperangan. “Tetapi Pak Prabowo tetap mengedepankan sisi dan nilai kemanusiaan, bahwa nyawa setiap manusia adalah sesuatu yang teramat berharga,” kata Bang Gea menutup pembicaraannya dengan penulis.
**
Dari berbagai sumber resmi dijelaskan bahwa Operasi Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM). Operasi ini sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus. Operasi ini dipimpin oleh Komandan Kopassus Prabowo Subianto.
Dalam Operasi pembebasan ini, 2 dari 11 sandera di temukan tewas, selama empat bulan lebih seminggu (129 hari) 11 sandera tersebut disandera di tangan yang menamakan diri Organisasi Papua Merdeka (OPM) mereka terus berpindah-pindah dan masuk ketengah hutan belantara.
Terjadi negosiasi untuk mencari jalan damai yang dilakukan oleh Palang Merah International (ICRC) dengan OPM kandas di tengah jalan karena pimpinan OPM Kelly Kwalik membatalkan perjanjian itu secara sepihak.