Pandangan bahwa melegalkan becak sama dengan berpihak ke rakyat kecil, adalah ngawur. Ini sama saja membiarkan orang fokus pada profesi itu dan tidak beralih untuk berpikir sumber profesi yg lain. Padahal kita tahu, keuntungan dari narik becak tidak seberapa. Ini justru 'pemasungan pikiran' untuk tetap tidak beranjak dari profesi itu.
Damfak lain dari kebijakan konyol ini, akan mengundang para tukang becak dari daerah sekitar untuk masuk Jakarta. Jika itu terjadi, hal itu akan menimbulkan kembali masalah lama tentang kesemrawutan kota. Jakarta akan semakin kumuh, awut2an dan jauh mundur kebelakang. Â
Apakah Anies seorang Doktor lulusan Amerika itu tidak paham dgn hal sederhana itu? Welee welee
 👉PENCITRAAN UNTUK SEBUAH AMBISI
Lalu apa maksud dari kebijakan Anies  yang nampak konyol itu? Saya menduga keras Anies memiliki ambisi lain lebih dari sekedar Gubernur.  Dengan kebijakan seperti itu, beliau ingin memberi kesan bahwa dia pro terhadap orang kecil, lalu berharap orang mempertimbangkan beliau untuk maju sebagai CAPRES 2019 mendatang sebagaimana Pak Jokowi dimasa lalu.
Orang boleh kontra dengan pendapatku, namun sulit bagi saya untuk percaya, bahwa beliau turun ke got aduk2 comberan dengan tangan kosong lalu disorot kamera. Padahal jika tujuannya adalah membersihkan got, dia dengan muda tinggal perintahkan menggunakan alat berat. Disebut apa perbuatan konyol itu jika bukan pencitraan?
Intinya, kebijakan proletar Anies-Sandi adalah salah kaprah, yang ada adalah pencitraan luar biasa. Menyedihkan, disaat kota-kota lain didunia berlomba-lomba menata diri maju kedepan, Jakarta justru nampak akan balik lagi ke belakang. Miris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H