Mohon tunggu...
Hamnur Hanursi
Hamnur Hanursi Mohon Tunggu... -

Saya dilahirkan di sebuah dusun yang teduh nan unyu-unyu bernama Uraso. Didepan rumahku menjulang kokoh pegunungan Kambuna, mensuplai air bagi mengalirnya sungai Uraso, tempat dimana aku dan sahabatku kecil-ku riang bermain. Aku menghirup udara pertama kali di suatu subuh yang sejuk, udara yang segar masuk ke paru-paru-ku, ketika kokok ayam bersahutan menyambut datangnya cahaya pagi. Sang fajar perlahan naik, sinarnya menembus dinding rumah dan mendarat tepat diatas tubuh mungil-ku. Ayahku menyaksikan, lalu berkata NUR (CAHAYA), darisanalah aku diberi nama HAMNUR. HAM berarti daging (tubuh/manusia) NUR berarti CAHAYA. HAMNUR berarti manusia yang...? Ah, apalah arti sebuah nama...? aku hanya berharap, perbuatanku selaras dengan namaku.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cepat atau Lambat, HTI Akan Dilumat TNI

7 Mei 2017   05:02 Diperbarui: 7 Mei 2017   05:48 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gbr: Voa-islam.com

Pengalaman sejarah bangsa kita telah membuktikan, setengil apapun, mau pake dalil apapun, jika hendak merongrong PANCASILA-NKRI, pada akhirnya akan hancur ditangan TNI dan rakyat yang cinta NKRI. Percayalah, cepat atau lambat, siapapun yang melawan PANCASILA dan NKRI, pada akhirnya akan dilumat habis TNI.

 Bacalah sejarah tentang PKI pengusung SOSIALIS KOMUNIS, dengan jumlah anggota terbesar ke 3 didunia setelah Uni Soviet dan RRC, namun toh semua dapat dibasmi dari NKRI. Atau baca sejarah kaum DI atau NII pengusung KHILAFAH, dengan jumlah anggota yang begitu besar dan tersebar diberbagai daerah, toh pada akhirnya dapat ditumpas habis oleh TNI. Apalagi hanya HTI organisasi impor yang tidak memiliki andil apappun bagai terbentuknya NKRI? 

Katakanlah ini adalah peringatan kepada saudara2 kita yang berenang bersama HTI atau organisasi manapun yang hendak melawan arus menentang PANCASILA-NKRI, kembalilah ke jalan yang benar, tinggalkan organisasi pengusung idiologi maut. Hiduplah dengan wajar, damai dan beribadah sesuai keyakinan masing2.

 Tetapi kita tidak bisa memaksa orang untuk berjalan mengikuti arah dan menariknya ke tepi, dari mereka yang menceburkan diri dan memilih berenang di arus maut.

S A L A M

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun