Dalam dunia organisasi modern tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah Workforce Diversity, yaitu keberagaman tenaga kerja. Hal ini menjadi persoalan yang fundamental lantaran di era ini, perbadaan etnis, ras, dan budaya tidak menjadi masalah serius saat membangun suatu organisasi atau perusahaan. Workforce diversity dalam suatu organisasi, akan membawa masing-masing individu memiliki cara pandang yang bebeda mengenai lingkungan mereka. Keberagaman tenaga kerja, mengacu pada variasi komposisi tenaga kerja berdasarkan beberapa dimensi yaitu, usia, jenis kelamin, kemampuan fisik, orientasi seksual, agama, dan keyakinan budaya.
Keberagaman latar belakang anggota organisasi tentu akan mejadi tantangan baru bagi para pemimpin mereka, tentang bagaimana caranya perbedaan atau keberagaman yang hadir ditengah-tengah organisasi tersebut dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama. Workforce diversity juga dapat berpotensi untuk meningkatkan konflik organisasi sehingga memberikan tantangan tambahan bagi pemimpin untuk mengelola konflik secara fungsional.
Selain perbedaan cara pandang dan memicu konflik, orang-orang dengan kebutuhan dan harapan yang berbeda juga menghadirkan tatangan terhadap kebijakan sumber daya manusia suatu organisasi. Pemimpin akan dituntut membuat kebijakan yang menghargai dan dapat diterima oleh anggotanya.
Dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior : Integrating, Individuals, Groups, and Organizations, Joseph E. Champoux menjelaskan setidaknya ada 3 metode yang digunakan untuk memaksimalkan keberagaman tenaga kerja.
Managing Diversity
Mengelola keberagaman dengan memberikan kesempatan bagi orang-orang dengan semua latar belakangnya untuk memiliki akses yang sama terhadap kebijakan ketenagakerjaan, promosi, dan personalia.
Dalam hal ini pemimpin bertanggung jawab untuk memaksimalkan potensi dari setiap anggota dengan menyelaraskan pada latar belakangnya. Misalnya orang kulit hitam memilki hak yang sama dengan orang kulit putih. Penyandang disabilitas mungkin memerlukan situasi inklusif yang mendukung mereka. Ini dilakukan supaya lingkungan organisasi menjadi rumah kedua atau tempat yang nyaman bagi semuanya.
Value Diversity
Menghargai keberagaman disini mengacu pada cara pandang terhadap segala perbedaan yang ada. Organisasi-organisasi yang menghargai keberagaman akan  memandang tenaga kerja yang beragam menjadi keunggulan kompetitif, yang dapat dikelola untuk berkolaborasi dalam menggapai tujuan utama organisasi.
Sebaliknya, jika tidak saling menghargai maka akan timbul konflik yang lebih besar. Keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan untuk meningkatkan daya produktif organisasi, justru akan menjadi masalah serius jika tidak dikelola dengan benar.
Managing for Diversity
Pemimpin yang mampu mengelola organisasi dengan baik akan melepaskan segala potensi tenaga kerja yang beragam untuk maksimal dalam mengejar tujuan organisasi. Tantangannya adalah bagimana seorang pemimpin dapat menanamkan visi yang kuat sehingga arah organisasi dipahami oleh seluruh anggota.
Pemimpin menciptakan lingkungan organisasi yang memanfaatkan potensi semua sumber perbedaan, dengan aktif memanfaatkan beragam perspektif untuk membuat kebijakan yang adil bagi semuanya. Tentunya, adil disini tidak mesti semua diperlakukan dengan sama. Kebijakan yang dibentuk harus menyesuaikan dengan kapasitas dan latar belakang dari setiap anggotanya.
Dengan memilih untuk mengelola keberagaman, tentunya akan membawa perubahan besar dalam organisasi, seperti mengubah kebijakan personalia, mengatur jadwal rapat, pelatihan-pelatihan dasar, memperhatikan kebutuhan wanita yang tentunya akan banyak berbeda dibanding pria, dan masih banyak lagi kebijakan yang harus disesuaikan. Ketika organisasi tersebut semakin beragam, maka semakin beragam pula cara yang bisa dilakukan untuk memajukan organisasi. Karena setiap orang dari latar belakang berbeda akan menyampaikan gagasan yang bervariasi dan masing-masing gagasan memiliki peluang besar untuk menjadi inovasi terbaru dalam meningkatkan kualitas serta produktifitas organisasi tersebut.
Oleh: Hammam Zhofron Abdullah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI