Sekali lagi jangan kita berdiam diri dan membiarkan mereka merusak rumah kita, betapa berdosa dan malunya kita dimana tidak lagi menghargai pengorbanan para the founding fathers yang berkat mereka, akhirnya rumah ini sampai saat ini masih tetap berdiri kokoh dan membutuhkan kehadiran kita untuk merawat dan menjaganya. Ideologi dan falsafah holistik sebagai cerminan ke Indonesiaan jangan sampai terkoyak dan tercoreng apalagi dilukai dengan sikap dan prilaku intoleran. Sudah cukup dan jangan sampai terjadi lagi.
Dahsyatnya indoktrinasi mereka lakukan membuat sebagaian kecil generasi bangsa ini kehilangan arah bahkan tersesat akhirnya menjadi korban gerakan puritanisme agama yang telah menancap di otak mereka sehingga tidak sedikit yang telah menjadi korban hilangnya identitas kebangsaan mereka. Ini harus menjadi pengalaman sejarah diera milenial bahwa generasi bangsa sudah harus memiliki komitmen yang sama untuk tidak lagi mengotori negeri ini dengan cara pengkhianatan.
Bukankah sikap pemerintah beserta Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sudah sangat jelas memiliki sikap dengan tegas menolak segala bentuk kekerasan dan intoleransi yang berkedok agama. Bahkan diyakini mayoritas rakyat Indonesia tidak juga menghendaki  itu.Â
Bahkan sebaliknya mayoritas rakyat Indonesia ingin melihat negeri ini semakin berkembang menjadi negara besar di mata dunia. Maka sudah sepatutnya sekecil apapun yang kita lakukan akan membawa manfaat untuk sebuah perubahan. Dan perubahan itu bukan untuk siapa-siapa? melainkan untuk masa depan bangsa dan negara dan anak-anak, cucu-cucu kita dimasa mendatang.
Sudah saatnya kita lukis wajah Indonesia dengan menorehkan warna-warni di atas kanvas Indonesia, lalu kita tunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya dibangun diatas warna-warna yang kusam dan membosankan, melainkan wajah Indonesia kita lukis dengan warna-warni yang membentuk sebuah mozaik yang indah di garis khatulistiwa.
Sebab, sekecil apapun bentuk kontribusi kita akan memberikan adalah sumbangan besar untuk masa depan Indonesia yang kita cintai karena Indonesia membutuhkan tangan, kaki, mata dan telinga anak-anak bangsa, untuk terus menebarkan kecintaan terhadap rumah besar bernama Indonesia.Â
Jangan sampai kemolekan negeri ini yang  telah terkanvas dalam lukisan yang luar biasa dari Sang Pencipta menjadi rusak dan tersobek-sobek dari prilaku dari sekelompok orang yang terus memaksakan kehendak dengan muatan politik yang tidak jelas.
Seperti apapun kondisi negeri kita saat ini, kita hanya bisa menaruh harapan agar pemerintah secepatnya bersikap tegas dengan menertibkan dengan cara apapun semata-mata menyelamatkan kedaulatan negara agar terhindar dari doktrin-doktrin jahat yang menyesatkan bangsa ini.
Mari kita rajut terus bingkai ke Indonesiaan kita melalui nilai-nilai toleransi, solidaritas dan kesetaraan yang sungguh tak ternilai, yang sudah menjadi legecy dan tanggungjawab kita sebegai generasi pelanjut untuk terus menjaga dan merawatnya dengan menjadikan bingkai ke Indonesian sebagai karakter dan jati diri bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, jangan sampai negeri ini jatuh ketangan para bedebah yang tidak memiliki jejak sejarah dalam memerdekaan negeri ini. Semoga tulisan ini bermanfaat!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H